Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merubah Paradigma Proyek Menjadi Karya Infrastruktur : Solutif dan Inovatif

25 Desember 2015   00:01 Diperbarui: 25 Desember 2015   01:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak setahun ini diam-diam saya mengamati managemen pelaksanaan proyek insfrastruktur meski saya bukanlah orang yang berkecimpung di bidang teknik. Sekali waktu saya memang mengamati dari kejauhan bidang yang menjadi lapangan pekerjaan suami yang saat ini sedang merintis profesi sebagai seorang konsultan pengawas. Tak sebatas itu saja proses pengamatan saya berlanjut  ketika ada tawaran bergabung sebagai Koordinator Kabupaten pada program BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya) Kementrian PUPR yang baru saja melakukan re-organisasi dengan menggabungkan Kementrian PU dan Kemenpera di awal tahun 2015. Waktu itu saya diperbantukan sebagai tenaga tambahan di sebuah kabupaten di Jawa tengah yang memiliki jumlah penerima bantuan diatas 1000 KK. Sayang Idealisme saya akhirnya menuntun saya untuk mundur dari tawaran itu meski sudah sempat terlibat langsung dilapangan kisaran 3 Minggu lamanya. 

Berawal dari sepenggal cerita tersebut diatas saya menyadari betul bahwa bidang Insfrastruktur yang dikelola kementrian PUPR menjadi sektor krusial yang harus mendapat penanganan  serius.  Berdasarkan  sumber data yang saya telusuri pada tahun 2014 lalu  Pemerintah telah menetapkan pokok-pokok pembangunan prioritas salah satunya adalah Jalan dan Jembatan di tahun 2015 ini.[caption caption="sumber : katadata.co.id/infografik/2014/11/25/empat-infrastruktur-prioritas-jokowi-jk"]
[/captio

 Anggaran yang sedemikian  fantastis menyebabkan tampuk penyelenggaraan pembangunan infrastruktur menjadi gula-gula yang teramat manis untuk dimaknai sekedar sebuah "proyek". Alhasil begitu banyak jejak pembangunan yang masih belum merata khususnya diluar Jawa. Bahkan insiden Pembangunan insfrastruktur yang diakibatkan oleh hal-hal diluar bencana alam  (force major). Disinilah peran penting litbang dalam struktur kementrian PUPR. Tidak sekedar menghasilkan tawaran konsep penemuan , ataupun terobosan pembangunan yang inovatif. Tapi sudahkan memiliki bank data terkait monitoring dan evaluasi pembangunan sebagi sebuah konsep penelitian dengan pendekatan yang lebih kualitatif. Hal ini dirasa perlu sebab Kementrian PUPR harus mulai menyeimbangan konsep pembangunan insfrastruktur yang selama ini dikelola dengan pendekatan kuantitif bersifat Proyek tentatif dengan pola pembangunan yang lebih mengedepankan proses melalui quality control yang memenuhi standar sehingga hasil insfratruktur yang dihasilkanpun dapat menjadi karya insfratruktur yang memiliki nilai manfaat guna yang panjang waktu pemanfaatannya.

Jangan  ada lagi informasi yang menyebutkan bahwa Jalur Pantura mengalami kemacetan akibat rusaknya jembatan Comal. Atau mari sejenak kita tengok kabar Jembatan Mahakam di Kutai Kartanegara yang cukup fenomenal dengan kabar ambruknya proyek pembangunan tersebut?. Sekali waktu saya terhenyak dengan tayangan televisi yang meliput kondisi rumah tak layak huni yang masih saja ditemukan di sebagian wilayah. Lantas bagaimana sesungguhnya sebuah konsep pembangunan infrastruktur dapat dikatakan solutif dan Inovatif?

 

Ijinkan saya berfikir menggunakan paradigma yang berbeda untuk sebuah tawaran konsep solutif dan inovatif di bidang Infrastruktur. Pertama-tama bisakah kita merubah paradigma proyek pembangunan menjadi sebuah kerja demi terwujudnya karya Infrastruktur. Hal ini akan menggeser target serapan anggaran tanpa ada pertanggungjawaban kualitas hasil pembangunan.  itulah kenapa peran litbang teramat penting. Dari litbanglah segala data akurat tentang capaian target pembangunan menjadi penentu kebijakan insfrastruktur yang berkelanjutan. Tidak ada lagi pembangunan yang mangkrak dengan alasan miss pengelolaan anggaran. Data dari Balitbang juga akan sangat bermanfaat bagi penyusunan perencanaan karya insfrastruktur. 

Tak jarang perencanaan sebuah  proyek pembangunan membuka peluang modus tidak layaknya proyek insfrastruktur itu dilanjutkan atau bahkan bermasalah dikemudian hari. Sebut saja rencana pembangunan monorail yang sudah memakan sekian bahu jalan dan sempat menjadi pemicu kemacetan pada saat pemancangan tiang. Tapi apa hasilnya?. Proses pelaksanaan dengan pengawasan yang memenuhi standar kualitas kontrol pun menjadi sebuah keharusan agar benar-benar terwujud karya insfrastruktur yang dibutuhkan untuk menjadi solusi atas permasalahan yang ada.

Inilah pentingnya Balitbang PUPR tidak berhenti sebatas pada menawarkan solusi dan Inovasi. Untuk lebih menekankan arti penting solusi dan Inovasi yang menjadi terobosan konsep Balitbang kementrian PUPR saya hanya ingin memberikan uraian singkat yang berbentuk studi kasus yang merupakan uraian dari apa yang sudah saya sampaikan di paragraf sebelumnnya.

Dari sekian contoh kasus yang ada saya ingin sedikit berpendapat tentang jembatan Mahakam yang terletak di Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yakni Tenggarong yang menghubungkan dengan kota Samarinda. Beberapa bulan lalu saya sempat mengunjungi Tenggarong dan melihat dari kejauhan bahwa jembatan tersebut belum dapat difungsikan akibat masih dalam masa perbaikan. Sudahkan jembatan Mahakam tersebut menggunakan pelat Orthotropik sehingga benar-benar menjadi solusi seiring inovasi karya pembangunan?. Mengingat jembatan ini memiliki fungsi penting mempercepat mobilitas masayarakat dari Tenggarong menuju Samarinda. Tak jarang di titik -titik tertentu terjadi kemacetan yang masih belum berarti akibat antriat mobil keluar masuk Fery penyeberangan. Andai jembatan ini sudah bisa difungsikan terlebih dengan support inovasi teknologi terkini dari Balitbang PUPR menjadi jembatan pelat Orthotropik. Meskipun Mahal biaya proses penyelesaian diawal , namun teknologi minim beton dan maksimal dalam lempengan baja ini tentunya menghindari adanya kerusakan fatal diluar keinginan. Signifikan dengan berkurangnya biaya perawatan akibat kerusakan. Karya Insfrastruktur ini pun akan memiliki daya guna dalam waktu yang lebih lama. Sederhana saja dalam pemikiran saya. Solusi seiring inovasi itu bisa dikatakan sebagai sesuatu yang solutif dan inovatif manakala sudah diterapkan dan atau diaplikasikan dalam tataran pelaksanaan dilapangan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun