Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mendadak Makan Durian, Pasang Surut Pengusaha Musiman Gunakan Pembayaran Scan QR

19 Mei 2019   21:56 Diperbarui: 19 Mei 2019   22:00 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seharian tadi saya cukup aktif mencari pengusaha dadakan yang menggunakan Fintech. Bagi sebagian kalangan,istilah fintech memang masih cenderung asing. Sejatinta Fintech merupakan singkatan dari Financial dan Technology.Dimana ada sistempembayaran yang menggunakan technology digital sisitulah fintech ditemukan. Ada kata kunci  yangakan  membuat kita sedikit paham dengan fintech yakni Scan QR atau barcode. Nah ketika dua istilah itu muncul maka otomatis kita menjadi lebih sederhana dalam memahami fintech.

Singkat cerita, saya pun mulai menelusuri para pengusaha yang menggunakan fintech sebagai sistem pembayaran  dalam aktifitas bisnis mereka.Entah kenapa sebagian besar adalah pengusaha yang sudah establish,alias sudah lama usia usahanya. Saya pun sempat berkomunikasi melalui media sosial dengan pengusaha asal solo yang konon menerima pembayaran melalui Gopay/Ovo/Tcash sekarang link Aja. Sayang beliau tidak berkenan dijakdikan sebagai objek ulasan tulisan saya. Hal menarik yang sempat diucapkan oleh mbak Liana tersebut ketika menerima pembayaran dengan fintech ,karena bisa digunakan lagi di supermarket/modern market dan mendapatkan peluang cash back. Sayang,saya batal mengupas aktifitas usaha kue lebaran yang diproduksi di Solo tersebut.

Sebelum maghrib tadi,saya pun mencoba mencari pemilik usaha kecil yang berjualan takjil di kawasan Juanda hingga istiqlal.Nihil, jejak fintech belum berhasil saya temukan diantara gerobak atau meja yang dijadikan sebagai etalase usaha dadakan mereka. Selepas Taraweh,dengan semangat 45 saya menuju kawasan Jalan sabang. Pusat kuliner yang dilihat dari segmen konsumen berasal dari kalangan menengah ke atas. Berharap ada usaha dadakan yang memanfaatkan fintech untuk pembayaran.

Sedari dulu jalan sabang terkenal sebagai pusat kuliner. Saat ramadan begini biasanya ada 1-2 tenda penjual musiman yang terselip diantara penjual makan yang sudah establish sejak beberapa tahun bahkan puluhan tahun lalu. Tenda-tenda kuliner lama saya lewati dengan berjalan pelan sembari memasang mata untuk melihat tiap sudut yang dimungkinkan menempel kode QR dari fintech tertentu. Kriterianya jelas pengusaha dadakan,bukan pengusaha yang sudah establish sekian lamanya.

dok.pri
dok.pri
Tiba-tiba aroma durian tercium menyengat. Hitungan  sekian meter di depan saya dengan sebuah banner bertuliskan nama usaha dan gambar duren. Surprisenya lagi di pojok banner tersebut ada kode QR dan nama salah satu fintech. Saya pun mendekat. Bertanya harga menjadi percakapan pembuka bagi saya untuk mengetahui sejauh mana fintech berada.

Tak sulit mencari lokasi Andi Durian ini. Ini satu-satunya penjual durian segar dianatar sekian banyak penjual kuliner di kawasan Jalan Sabang. Letaknya persis di depan salah satu mini market retail yang banyak dijumpai. Tak jauh dari penjual sate yang terkenal di Jalan Sabang. Bang Andi,demikian nama kios durian ini. Jelas-jelas terpampang kode QR di pojokannya. Namun begitu saya tanya terkait penggunaan scan QR tersebut, bang Andi menjelaskan sekarang sudah tidak lagi. Beberapa musim durian lalu masih bisa digunakan.Maklum bang Andi ini tipe pengusaha musiman alias dadakan.

Hanya pada masa musim durian atau punya ketersediaan durian saja dia akan membuka lapaknya. Tenda tersebut berukuran 2-2. Terdapat kursi dan meja yang bisa digunakan pelanggan untuk menyantap durian di tempat. Konon bang Andi menjual durian kelas premium yang berasal dari MAdan bahkan dari malaysia. Jenis duriannya kebanyakan adalah durian montong. Menyoal harga , bang Andi membandrol 1 durian kecil seharag Rp 50.000, sementara untuk durian besar seharga Rp.100.000. Jika membeli durian lebih dari 1 maka berlaku potongan harga. 

Sebagai penikmat durian saya pun berusaha menawar harga durian kecil agar harganya berkurang. Garansi bahwa durian yang dibelimeiliki kualias prima, Bang Andi berikan dengan membukakan durian dan mempersilahkan pembeli mencicipi langsung. Kembali ke soal fintech yang kini tidak lagi aktif digunakan, bang Andi berkisah dulu banyak pelanggan dari kalangan perbankan yang terkait dengan produk fintech yang digunakan. Entah kenapa karena berjualanya pun hanya musiman, kini fintech tersebut jarang digunakan.

Praktis sih,namun tidak semua pembeli menggunakan scan dari hape untuk membayar. Kebanyakan masih membayar dengan pembayaran manual. Dulu rame bayar menggunakan scan QR karena banyak promosi. Sekarang sepertinya tidak lagi. Begitu bang Andi berkisah sembari memilihkan durian buat saya yang terpaksa saya bayar dengan tunai.

Ketika ditanya tentang brand fintech lain, bang andi hanya menjawab sedang diupayakan. Yang jelas harus yang banyak penggunanya, biar bisa dipakai oleh semua kalangan. Wah ternyata adapula kisah pengusaha musiman yang psang surut dalam menggunakan fintech ya...Setidaknya sembari menikmati durian medan di lapak Bang Andi saya jadi sedikit tahu menyoal suka duka pengusaha musiman dalam menggunakan fintech

Sepertinya saya harus menghabiskan durian yang saya beli ya gaess..,.semoga reportase sederhana saya tentang mendadak durian dan pasang surut menggunakan pembayaran dengan fintech menambah khasanah pengetahuan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun