Mohon tunggu...
Tamara Puspita
Tamara Puspita Mohon Tunggu... Konsultan - Intellectual Property Associate

Blogger Terbaik Eco Blogger Squad 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sustainable Future Jadi Keniscayaan dengan 7 Perubahan Kebiasaan Ini

5 Februari 2024   14:33 Diperbarui: 7 Februari 2024   15:10 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: unsplash.com/Pema Gyamtsho) 

Pernah kah kamu merasakan terkena imbas negatif dari sesuatu yang tidak pernah kamu lakukan?

Bayangkan dirimu sebagai masyarakat Bhutan: suatu negara kecil yang diapit oleh China dan India.  Luas negaranya hanya 47.000 Km persegi, kira-kira setara dengan luas Provinsi Jawa Timur. 

Namun, tidak seperti Jawa Timur yang dihuni oleh 40 juta lebih manusia, jumlah populasi manusia di Bhutan hanya sekitar 800.000 jiwa.

Raja Bhutan bersumpah bahwa 60% wilayah negaranya akan selamanya dijaga sebagai hutan. Bahkan, untuk merayakan kelahiran putra mahkotanya, raja Bhutan mengajak masyarakat untuk menanam 108.000 pohon demi membangun "Taman Kebahagiaan".

Perekonomian Bhutan sangat kecil dari segi finansial. Bahkan mungkin kekayaan seluruh negaranya jika digabungkan, tetap tidak akan melampaui kekayaan Jeff Bezos atau Jack Ma. Namun, meski hanya berupa negara kecil, kontribusi Bhutan terhadap lingkungan sangat luar biasa, melampaui kontribusi lingkungan yang diberikan oleh negara-negara besar.

Hutan Bhutan mampu menyerap 9 juta ton emisi karbon setiap tahunnya. Bahkan emisi karbon yang dikeluarkan masyarakatnya per tahun hanya 2 juta ton. Sehingga, pada dasarnya, negara Bhutan adalah negara yang negatif emisi karbon. Menjadi negara yang carbon-neutral alias nol emisi karbon saja sangat sulit, bayangkan menjadi negara yang negatif emisi karbon. Luar biasa, bukan?

Namun, meskipun sudah optimal dalam menjaga alam, Bhutan tetap merasakan konsekuensi dari pemanasan global. Bahkan, sepertinya dampak yang mereka rasakan lebih letal.

Bayangkan saja, Bhutan tidak punya wilayah perairan (landlocked) dan dikelilingi oleh pegunungan es Himalaya yang semakin mencair seiring waktu akibat pemanasan global. Dengan demikian, banjir bandang yang merusak adalah suatu keniscayaan.

Terbukti pada 20 Juli 2023, saat temperatur bumi sedang tinggi-tingginya, terjadi banjir bandang di wilayah Bhutan yang mengakibatkan 7 orang meninggal dunia. Banjir bandang ini terjadi akibat lelehan gletser di puncak pegunungan Himalaya yang lajunya tak dapat mereka antisipasi meski sudah lama terprediksi.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Jujur, kabar bencana alam di Bhutan menyentil nurani saya, membuat saya merasa bersalah, dan tidak berdaya. Saya hanyalah satu orang biasa. Apa yang bisa saya lakukan supaya tidak ada lagi nyawa-nyawa tak bersalah yang melayang akibat pemanasan global? Bagaimana saya bisa menekan pemanasan global agar tidak semakin progresif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun