Bersyukur atau tidak ternyata sebuah pilihan. Jika kami putuskan untuk mengeluh, maka otak akan merespon dengan berbagai alasan yang membenarkan kami harus mengeluh. Sudah bisa dipastikan suasana selama perjalanan akan dipenuhi dengan ketidaknyamanan,bahkan mungkin ngumpat.
Untungnya, otot syukur kami langsung tanggap. Otak pun memberikan respon alasan kenapa kami harus bersyukur. Misalnya bisa naik pesawat gratis, kesempatan berkunjung ke negeri orang yang nun jauh disana. Kayaknya tidak mungkin kami membayar sendiri biaya akomodasi. Dan yang paling harus kami syukuri adalah pengalaman baru yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Belum lagi kondisi kesehatan kami yang mendukung untuk melakukan perjalanan jauh. Percuma kami punya kesempatan itu jika kondisi kesehatan melarang untuk mengambilnya. Apapun kondisinya, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Apalagi dalam keyakinan kami, jika bersyukur Allah akan menambah nikmat-Nya.
Jam 07.30 kami tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta. Sebagian teman langsung menuju ruang ganti untuk merapikan diri. Terlihat ada beberapa orang berjalan tergesa-gesa. Tapi ada juga sambil canda tawa berjalan santai sambil mendorong kopernya. Itulah warna-warni kehidupan pagi ini. Mereka sibuk dengan aktifitas mereka sendiri.
Agar lebih irit kami tidak menggunakan Taxi dari Bandara ke Kedutaan Prancis, tapi sewa satu unit mobil Kijang Innova. Katanya sih lebih irit, penulis sendiri tidak tahu nominal yang dibayarkan berapa, sudah ada teman yang khusus mengurusi transportasi.
Setibanya di Kedutaan Prancis kami lihat bangunannya masih baru. Kayaknya baru saja renovasi. Di pintu masuk sudah siaga beberapa orang penjaga. Ada yang standby di dalam ruangan full kaca, yang memungkinkan melihat sekeliling. Ada yang wira-wiri berjalan sambil memegang Metal Detector. Sementara dipintu masuk sebelah kanan sudah menanti seorang penjaga yang akan memeriksa tas dan koper yang kami bawa.
Pertama kami diminta menyerahkan HP dan KTP. Tentunya identitas itu yang akan dijadikan acuan pelacakan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena tas dan koper yang kami bawa besar-besar (maklumlah kami mau tinggal di Prancis selama beberapa bulan. Awalnya akan dibuka satu persatu akhirnya diputuskan untuk tidak dibawa masuk tapi dititipkan di Penjaga.
Kami agak sedikit risih karena harus digeledah sana-sini. Akhirnya timbul kesadaran bahwa itu sebuah tindakan preventif agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ada sebuah pertanyaan dalam benak kami: Mengapa ada ketidak percayaan? Maksudnya, setiap tempat-tempat penting dan strategis selalu menerapkan pengamanan ganda. Alat pelacak disana-sini. Untuk mendeteksi orang tertentu yang berniat tidak baik.
Coba lihat ketika di bandara, sebelum masuk pasti di geledah. Diperiksa sana-sini. Ada ketidak percayaan disitu. Dalam kontek pengamanan itu hal yang wajar. Memang tidak semua orang itu baik. Karena ketidak baikan itu maka orang-orang yang baik diuji. Bisakah mereka menghalau ketidak baikan itu.
Kita harus menyadari, tidak mungkin berharap semua orang menjadi baik. Tidak ada petugas keamanan donk? hehe.. Tidak ada pabrik yang memproduksi peralatan keamanan dan lain-lain. Artinya dalam kontek ini, ketidakbaikan itu merupakan sunnatullah. Sesuatu yang mesti ada selama ada manusia didunia ini.
 Alhamdulilah proses pembuatan Visa begitu cepat, karena sebelumnya kami sudah kirimkan berkas persyaratan diterbitkannya Visa dalam bentuk soft copy. Di Kedutaan hanya mencocokkan dengan aslinya. Setelah itu kami dipanggili satu persatu untuk di photo, scan sidik jari dan wawancara.