Mohon tunggu...
Badrut Tamam
Badrut Tamam Mohon Tunggu... Dosen - Nikmati tiap jengkal di mana kakimu berpijak, karena di atasnya ada langit yang harus engkau junjung

Nikmati tiap jengkal di mana kakimu berpijak, karena di atasnya ada langit yang harus engkau junjung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panel 7 AICIS Membahas tentang Kajian Integratif Praktik Keagamaan dan Masalah Lingkungan

28 Oktober 2021   17:05 Diperbarui: 28 Oktober 2021   18:55 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Panelis Aicis pada panel 7

SURAKARTA, AICIS,-Forum kajian Keislaman ke 20 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2021 memiliki keunikannya tersendiri salah satunya menjadi ajang para akademisi dalam mempromosikan karya terbaik dalam bentuk karya ilmiah.

Salah satunya sebagaimana ditunjukan kelompok panel 7 yang mengangkat tema Kajian integratif tentang praktik keagamaan dan masalah lingkungan. Ikhwan Amali selaku ketua panelis menyatakan diskusi panelis pada forum ini mendeskripsikan kajian integrative tentang praktik keagamaan dan masalah lingkungan hidup di jaman dimana kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sedang berkembang.

"Pada panel 7 ini terdapat empat pembicara yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. antaranya Andi Mardika dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Aceh, Iwan Kuswandi dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumenep. Taufiqul Hadi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Aceh dan Badrut Tamam dari Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Kalimantan Timur. Kesemua panelis membawakan kajiannya tentang lingkungan mulai dari teologi pemikiran ulama, hingga praktiknya dalam menginternalisasikan konsep cinta lingkungan di dunia pendidikan seperti pesantren,"ujar Ikhwan Amali.

Ikhwan Amali
Ikhwan Amali

Selanjutnya ia menyebutkan bahwa Taufiqul Hadi dari IAIN Lhokseumawe membawakan kajian berjudul Menjaga kesehatan manusia sebagai pilar peduli lingkungan menurut Yusuf Al-Qaradawi (studi analitis pentingnya dalam penanganan krisis virus corona (covid-19) di Indonesia).

Tufiqul Hadi dalam pemaparannya menyatakan bahwa penelitiannya ini berfokus pada gagasan lingkungan hidup Yusuf Al-Qaradawi tentang menjaga kesehatan manusia dan pentingnya gagasan ini dalam mengelola krisis Virus Corona (covid-19) di Indonesia.

"Sebagaimana diketahui bahwa kesehatan manusia berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kehidupan dan kesehatan masyarakat, dan hubungan ini mengarah pada kepedulian masyarakat untuk menjaga dan merawat lingkungan, dan untuk itu Al-Qaradawi prihatin dengan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Kesehatan manusia adalah kekayaan yang paling berharga bagi pelestarian sumber daya lingkungan. Namun baru-baru ini dunia dihebohkan dengan munculnya pandemi virus Corona yang menyebabkan penyakit pernapasan dan mengancam kesehatan manusia di dunia," jelasnya.

Masih menurutnya lantaran virus ini mudah menular dari satu orang ke orang lain, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan berupa social distancing dan menghilangkan aktivitas multi-person termasuk aktivitas ibadah yang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

"Peneliti menggunakan pendekatan normatif, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada aspek-aspek ajaran Islam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, hadits, fiqih dan fundamentalisme, dengan menggunakan metode analisis deskriptif,"ungkapnya.

Taufiqul Hadi, panelis AICIS dari Aceh
Taufiqul Hadi, panelis AICIS dari Aceh

Adapun hasil penelitian Taufik Hadi menyebutkan bahwa banyak sekali nash-nash Islam dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menghimbau untuk menjaga kesehatan bahkan penanganan yang positif terhadap penyakit jika terjadi dan menjaga kelestariannya. lingkungan agar penyakit tidak menular ke orang lain.Wabah umum seperti wabah penyakit dan sejenisnya. Pilar ini penting diterapkan dalam mengatasi krisis kesehatan dengan merebaknya virus Corona di Indonesia, karena masalah ini disertai dampaknya berupa bencana alam dan mengancam eksistensi manusia.

Selanjutnya hasil penelitian yang dipaparkan oleh Andi Mardika dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe berjudul maqashidus syariah : Hifzul biah ard fii muwajihati azmiyatil biah atau Pelestarian lingkungan adalah pertunjukan dalam menghadapi krisis lingkungan.

"Salah satu masalah global yang dihadapi manusia adalah lingkungan. Memburuknya kondisi lingkungan global tidak lepas dari berbagai permasalahan mulai dari sampah, penebangan hutan, pencemaran udara akibat kegiatan industri atau transportasi sebagai penyebab utama krisis lingkungan. Manusia dianggap sebagai pelaku utama kerusakan lingkungan karena keserakahan dan kelalaiannya dalam eksploitasi sumber daya alam. Kesadaran akan pentingnya menjaga dan melindungi alam masih kurang," papar Andi Mardika.

Andi Mardika
Andi Mardika

Kajian ini menyimpulkan bahwa rekonstruksi model pelestarian lingkungan berbasis kecerdasan alam sebagai alternatif mengatasi krisis lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Presentasi ini didorong oleh beberapa alasan, yaitu: (1) Eksaserbasi krisis lingkungan. (2) Umat Islam membutuhkan kerangka/pedoman hukum yang komprehensif tentang isu-isu lingkungan melalui pemahaman tujuan Islam. (3) Yurisprudensi lama tidak mengakomodir masalah lingkungan sebagai suatu sistem tersendiri dalam bidang kajian tujuan hukum.

Selanjutnya Iwan Kuswandi panelis dari STKIP PGRI Sumenep ini mempresentasikan kajiannya yang berjudul pesantren ecologically integrated curriculum (A Case Study in Islamic Senior High School of Al-Amien 1 Pragaan Sumenep)

"Penelitian ini adalah untuk menganalisis desain kurikulum Pesantren yang terintegrasi secara ekologis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Madrasah Al-Amien 1 Pragaan, Sumenep, sebuah sekolah khusus putri," ungkapnya.

iwan-617a7e67f83d162db679cbd2.jpg
iwan-617a7e67f83d162db679cbd2.jpg
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekologi pesantren dirancang melalui proses literasi ekologi. Melalui proses ini, siswa mengembangkan kesadaran ekologis yang dengannya karakter ekologis terbentuk. Santri diharapkan mampu menangkap semua nama ketuhanan (meta-kosmis) yang mewujud di alam secara utuh. Sekolah ini bertujuan untuk membina siswanya menjadi manusia sebagai totalitas alam. Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa manusia adalah bagian dari miniatur alam (mikrokosmos) dan dunia besar (makrokosmos). Tujuan akhirnya adalah siswa menginternalisasi kearifan ekologis ini. Upaya ini menjadikan sekolah ini satu-satunya sekolah Islam swasta yang meraih Penghargaan Nasional Adiwiyata pada 2019.

Panelis terakhir Badrut Tamam berjudul reorientasi eco pesantren pasca lahirnya Undang-undang Pesantren No. 18 Tahun 2019.

Studi ini menemukan bahwa eko-pesantren -- konsep pendidikan berbasis lingkungan -- menjadi penting untuk mendukung kualitas pesantren di Indonesia. Ikrar Pancajiwa Pesantren yang sejalan dengan konsep eco-pesantren telah menjadikan pesantren tetap eksis dan berperan mencerdaskan anak bangsa. Saat ini, setelah berlakunya undang-undang di atas, pesantren menghadapi tantangan baru tentang betapa pentingnya eko-edukasi itu sendiri.#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun