Mohon tunggu...
Talithakum Heja Dear
Talithakum Heja Dear Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Universitas Kristen Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UNICEF, Covid-19, dan Anak di Indonesia

18 Januari 2022   16:51 Diperbarui: 18 Januari 2022   19:00 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Covid 19 Pada Gizi dan Pendidikan anak di Indonesia (sumber gambar : suara.com)

"All kids need is a little help, a little hope and somebody who believes in them" kutipan dari Magic Johnson pebasket legendaris NBA. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak di Indonesia menghadapi tantangan kondisi kesehatan, kesempatan bersekolah, keadaan aman dari kekerasan dan paparan polutan berbahaya, dan masih banyak lagi yang menyebabkan kemiskinan. Pemerintah Indonesia sudah senantiasa memprioritaskan kebijakan-kebijakan untuk mengatasinya. banyak keluarga yang pendapatannya hanya sedikit di atas garis kemiskinan resmi sehingga sangat besar porsi anak Indonesia yang rentan mengalami kemiskinan.

Belum lagi, kondisi kemiskinan di Indonesia memiliki perbedaan yang signifikan antara perkotaan dan pedesaan. Indonesia dan UNICEF memiliki banyak kesamaan dan salah satunya adalah, mereka sama-sama mencintai anak-anak. Sejak 1966 UNICEF dan Pemerintah Indonesia sudah melakukan kerja sama yang erat demi anak-anak. Selama periode ini Indonesia telah mencapai banyak kemajuan di bidang partisipasi anak, perlindungan, kelangsungan hidup, dan area pengembangan juga penurunan angka kematian balita, peningkatan status gizi anak, peningkatan akses ke air layak dan sanitasi, dan akses yang jauh lebih baik ke Pendidikan dan layanan perlindungan anak yang berkualitas.


Saat ini, Indonesia sudah punya kemauan dan kemampuan untuk bisa memenuhi hak setiap anak tanpa membiarkan seorang anak pun merasa ‘terbuang’. Bisa dilihat dari program-program untuk anak yang didanai oleh anggaran publik dan dari kerja-kerja UNICEF yang semakin banyak menerima kontribusi sukarela dari sektor swasta dan masyarakat Indonesia. Semua ini adalah bukti nyata bahwa kerja sama Pemerintah Indonesia dan UNICEF telah mencapai tingkat yang lebih tinggi. “Sepanjang kami berdiri, UNICEF telah membantu membentuk lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi semua anak di seluruh dunia serta telah memberikan hasil-hasil luar biasa bagi jutaan anak,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore. “Namun, kemajuan yang telah dihasilkan kini terancam. Pandemi COVID-19 merupakan ancaman bagi seluruh sektor, tidak hanya memukul sektor kesehatan namun sektor pendidikan juga kena imbasnya. Pandemi ini adalah ancaman terbesar bagi kemajuan untuk anak sepanjang 75 tahun kehadiran kami. Angka anak-anak yang kelaparan, tidak ke sekolah, dianiaya, yang hidup di dalam kemiskinan atau dipaksa menikah telah naik, sementara angka anak yang memiliki akses ke pelayanan kesehatan, vaksin, makanan yang layak, dan layanan penting lainnya justru turun. Dalam kurun hanya satu tahun, saat kita seharusnya melangkah maju, yang terjadi adalah kita melangkah mundur.” Berdasarkan laporan yang tersedia disebutkan bahwa angka anak yang hidup di tengah kemiskinan ini bertambah sebesar 100 juta anak karena pandemic. Bukan cuma itu, laporan juga diterima bahwa untuk pulih dari dampak pandemic akan butuh tujuh hingga delapan tahun hingga ke tingkat angka kemiskinan anak sebelum COVID terjadi.

Saat puncak pandemi, lebih dari 1,5 miliar pelajar tidak ke sekolah akibat kebijakan karantina massal di tingkat nasional. Sekolah-sekolah di seluruh dunia ditutup, begitu pula dengan hampir 80 persen proses belajar mengajar tatap muka pada tahun pertama pandemi. Sementara di Indonesia pada tahun 2020, data membuktikan bahwa 4,1 juta anak dan remaja putus sekolah akibat pandemic ini, angka perkawinan anak bertambah hingga 10 juta kasus sebelum tahun ini berakhir. Di seluruh dunia, terbukti bahwa angka pekerja anak naik ke 160 juta dan bertambah 8,4 juta anak dalam 4 tahun terakhir. Selain itu, 9 juta anak lainnya berisiko terdesak menjadi pekerja anak per akhir 2022 akibat peningkatan kemiskinan yang dipicu oleh pandemi. Di pandemi ini juga terdapat 1,8 miliar anak yang tersebar di 104 negara yang pelayanan pencegahan dan penanggulangan kekerasannya sangat terhambat.


Selain pandemi, laporan juga menyatakan adanya bentuk ancaman lain terhadap hak-hak anak. Secara global, 426 juta anak—atau hampir 1 dari setiap 5 anak—hidup di jalan konflik dengan pertikaian. Situasi ini berdampak berat terhadap warga sipil dan terlebih anak-anak. Risiko perempuan dan anak perempuan mengalami kekerasan seksual yang terkait dengan situasi konflik mencapai puncaknya pada masa ini. Sebanyak delapan puluh persen kebutuhan bantuan kemanusiaan ditimbulkan oleh konflik. Di samping itu, sekitar 1 miliar anak—hampir separuh dari jumlah anak-anak di seluruh dunia—tinggal di negara-negara yang mengalami ‘risiko sangat tinggi’ terdampak perubahan iklim.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bekerja sama dengan UNICEF untuk menyelenggarakan simposium bertajuk ‘Pembelajaran Digital Berkualitas bagi Semua’. Dengan tujuan, sebagai panggilan untuk berkolaborasi pada berbagai sektor untuk melangkah bersama memajukan pembelajaran digital bagi semua anak di Indonesia. “Pendidikan haruslah relevan dalam menjawab berbagai macam dinamika perubahan zaman. Tujuannya adalah menghasilkan SDM yang merdeka, yaitu mandiri dan berdaya dalam menghadapi tantangan zamannya,” ujarnya. “Melalui pembelajaran digital dapat menjadikan proses belajar jauh lebih menarik dan bermanfaat” tuturnya.

Sebagai mitra pemerintah Indonesia UNICEF juga menyampaikan pesan serupa untuk memajukan pembelajaran digital bagi semua anak. Dalam studi analisis UNICEF pada tahun 2021 direkomendasikan bahwa perlu adanya penguatan konten dan platform, kemampuan digital guru dan murid, serta perluasan akses konektivitas. Oleh karena itu, pada simposium ini, Kemendikbud Ristek dan UNICEF Indonesia mengundang para pemangku kepentingan dari sektor publik maupun swasta, dan seluruh masyarakat dari semua golongan untuk merundingkan cara-cara mendukung visi pembelajaran digital Kemendikbud Ristek. Saat ini,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun