Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Pornografi Itu Jahat, Bung!

4 April 2014   17:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13965805662040960019

Kisah Guru Ngaji Masa Kecil

Seorang perempuan baik, shalehah dan penyayang anak pernah menjadi seorang pembimbing membaca kitab Al Qur'an buat anak-anak kecil di kawasan Angkasapura kota atas Jayapura, Papua. Perempuan itu selalu hadir menghantarkan ilmu agama yang sangat berharga buat kami di pesantren Angkasa. Ibu  Ami, kami memanggil beliau setiap bertemu. Wajahnya lembut, berpakaian sederhana dan selalu suka mengajak kami bercanda. Santri-santri cilik yang belajar padanya sangat mencintai dan menghormatinya.

Hingga suatu ketika di tahun 1984, beberapa hari kami kehilangan sosok Ibu Ami. Beliau sudah tidak masuk selama seminggu. Tidak ada yang tahu kabar berita Ibu Ami. Semua santri-santri cilik sudah resah karena beberapa halaman mengaji belum juga diajarkan. Sepertinya Ibu Ami hilang bak ditelan rimbanya.

Kabar mengejutkan pun datang kepada kami. Ibu Ami ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamar kontrakannya. Polisi menemukan mayatnya setelah 3 hari membusuk tanpa ada yang mengetahuinya. Dan dari hasil penyelidikan beberapa minggu kemudian, ditemukan banyak fakta mengejutkan. Ibu Ami tewas dibunuh oleh seorang pria yang sering mengantar dan menjemput beliau saat mengajar di pesantren kami.

Ibu Ami tewas setelah diperkosa sebelumnya berkali-kali oleh pembunuh itu dan mayatnya dimasukkan ke dalam lemari pakaian di kamar kontrakan Ibu Ami. Tahun 1984, Pesantren dan kota Jayapura gempar oleh kasus pembunuhan ini.

Pembunuh diketahui sehari-harinya bekerja sebagai kuli bangunan, dan lebih mengejutkan lagi di dalam kamar pembunuh itu terdapat koleksi film dewasa (dulu sering disebut BF, akronim nya "Blue Film").

Kisah ini terus membekas dan kadang bila bertemu teman santri yang dari Jayapura dulu, saya sering menangis karena mengingat nasib tragis Ibu Ami yang kami sangat sayangi dulu.

Di sinilah awal mula kebencian itu tumbuh dalam benak dan relung hati saya kepada pornografi. Saya akan selalu mengingat kisah ini seumur hidup. Nyawa seorang guru saya hilang karena pornografi. Sejak saat itulah kebencian kepada semua kisah pemerkosa dan pemerkosaan akan mengingatkan rasa kehilangan guru saya itu. Salah apa Ibu Ami kepada pembunuh itu ? Kalau hanya hendak dijadikan pelampiasan hawa nafsu , mengapa harus guru saya ? Baiklah, kalau berita yang terdengar, Ibu Ami hamil karena diperkosa kekasihnya sekaligus pembunuhnya itu , tapi mengapa harus menghilangkan nyawa seseorang yang tidak bersalah ? Malu karena punya anak hasil perkosaan ? Memang benar-benar bejat kelakuan pembunuh itu.

Inilah dasar pemikiran yang melingkupi saya hingga dewasa. Pornografi itu JAHAT ! Maka saya akan melawan semua kejahatan yang menyebabkan terbunuhnya ibu guru saya.

Dan saat ini saya terus aktif di media sosial baik Facebook dan Twitter untuk berperang dengan kejahatan ini. Kedok kejahatan yang dibungkus dengan bungkusan kenikmatan gambar, video, kisah dewasa yang seharusnya tidak layak dikonsumsi siapapun. Jangankan anak kecil, seorang pria dewasa pun juga tidak pantas dan tidak terhormat bila mengkonsumsi pornografi. Terlalu banyak kejahatan yang akan masuk kedalam badan, jiwa, otak dan hati daripada kebaikannya. Kalau dari sebuah situs yang pernah saya baca terus perang dengan pornografi mengatakan , " Scientists at Cambridge University recently studied the brain scans of porn addicts and found that they looked exactly like those of drug addicts. With such an inexhaustible supply of porn at our disposal, there is a growing concern that it is beginning to effect our brains, our relationships, and even our bodies".

Jadi otak yang kecanduan pornografi discanner dan ternyata sama dengan otak yang kecanduan miras. dan ini jelas berpengaruh kepada otak, hubungan sesama juga kepada fisik badan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun