Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu...

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Dejavu Ala Ponzi, Penipuan Indonesia Motor Taxi

1 Desember 2013   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:28 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaget, itulah reaksi penulis saat mengetahui ruko tetangga penulis yang bersebelahan dengan bengkel usaha adalah markas dari PT Indonesia Motor Taxi (IMT) yang sekarang sedang menjadi bahan perbincangan di Denpasar. Bagaimana tidak, uang investor yang dikumpulkan PT IMT mencapai milyaran rupiah, dan sudah hampir selama 1,5 tahun, investor tidak pernah mendapat pembagian keuntungan yang dijanjikan oleh IMT.  Lokasi PT IMT ada di jalan Tukad Batanghari No.63 sedang kami ada 60 meter tidak jauh dari PT IMT.

Uang investasi yang ditanamkan per orangnya pun bervariasi. Berkisar antara 100 hingga 350 juta per orangnya. Bukan uang sedikit.

Demo para investor dilakukan di depan kantor PT IMT yang secara fisiknya di depan adalah gedung dealer motor Suzuki (salah satu usaha IMT), dan IMT beroperasi di belakang gedung hari Sabtu kemarin ( 30/11/2013) dan rencana nya pagi ini akan digelar demo kembali. Saya pun berhasil mendekati beberapa investor yang sedang kelihatan kesal dan lelah duduk di halaman kantor PT IMT.

I Made Setiawan, nama korban yang berhasil saya ajak bicara. Ia mengaku sudah menginvestasikan uang hingga Rp.160 juta untuk 3 paket investasi IMT seperti paket penyewaan motor taxi, pickup carteran dan mobil carteran. Namun sudah selama 1 tahun, Made Setiawan tidak pernah mendapat pembagian laba yang dijanjikan. Celakanya lagi, pemilik IMT, yakni KAA (nama inisial) susah untuk dihubungi, baik per telepon atau SMS. Bahkan lebih anehnya lagi, para investor kebanyakan tidak ada yang tahu persis dimana rumah tempat tinggal KAA tepatnya.

IMT adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi dengan menjalankan mobil, motor dan pick up carteran dengan harga sewa yang terjangkau. Sebenarnya warga masyarakat Denpasar dan sekitarnya sangat terbantu oleh adanya moda transportasi dari IMT ini. Hanya cara untuk mendapatkan investor saja yang kurang terpuji. Tidak ada transparansi pembagian laba dan pemilik adalah orang yang susah dihubungi, bahkan terkesan misterius.

Saya, penulis pun pernah berhubungan transaksi dengan pemilik IMT, KAA. Tapi bukan masalah investasi IMT. Hanya transaksi over kontrak. Ceritanya, IMT memasang iklan over kontrak gedung yang ada di depannya dan saya pun berminat. Jadilah sebuah kesepakatan antara kami. Saya harus membayar uang sisa kontrak yang belum ditempati IMT kepada KAA. Namun di balik ini, ternyata KAA masih punya hutang kepada penyewa sebelumnya, Wayan Beras. Saya sudah melunasi pembayaran kepada KAA. Tapi dari Wayan Beras, saya menerima pengaduan kalau uang piutang KAA belum dilunasi. Padahal KAA sudah menerima uang dari saya, yang seyogyanya uang itu bisa dipakai untuk membayar hutang KAA kepada Wayan Beras. Saya hanya bisa menyarankan agar meminta saja kepada KAA. Namun KAA memang orang yang misterius. Saat beberapa kali saya akan menemui KAA untuk minta tanda tangannya sebagai bukti pembayaran, KAA tidak pernah nampak. Hanya sekali saja saya pernah menemui KAA. Selanjutnya saya lebih banyak berhubungan dengan anak buah KAA. Di sinilah Wayan Beras merasa kesal dan jengkel, karena uang piutangnya tak kunjung dibayar KAA.

Penipuan IMT Ternyata Memakai Sistem Ponzi

Sistem Ponzi adalah sistem yang membayar keuntungan kepada investor berasal dari uang pribadi pengelola uang sendiri atau uang yang dibayarkan kepada investor lama berasal dari investor baru. Dan laba yang dibagikan bukan berasal dari laba usaha yang dijalankan. Ini memang bisa dimaklumi oleh banyak pihak. Ketika terkuaknya penipuan ini, ternyata sudah beberapa bulan ini, baik mobil, motor maupun pick up carteran IMT sudah tidak pernah beroperasi lagi di jalan-jalan Denpasar dan sekitarnya.

Skema Ponzi biasanya membujuk investor baru dengan menawarkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan investasi lain, dalam jangka pendek dengan tingkat pengembalian abnormal yang tinggi atau luar biasa konsisten. Kelangsungan dari pengembalian yang tinggi tersebut membutuhkan aliran yang terus meningkat dari uang yang didapat dari investor baru untuk menjaga skema ini terus berjalan.

Inilah yang terjadi di PT IMT. Penipuan berlangsung rapi, karena pemilik jasa IMT adalah orang yang terkenal sebagai banyak pembicara di berbagai seminar dan memiliki banyak cabang usaha. KAA selain menjadi pemilik IMT, juga Direktur Bali Butterfly International, dan Direktur CV Dia Sarana. Di beberapa kesempatan, namanya juga muncul sebagai pembicara seminar ekonomi dan pemerintahan. Tak pelak, banyak orang percaya pada investasi yang ditawarkannya. Karena selain menjanjikan prospek laba yang tinggi, juga adanya izin dari Gubernur Bali dan citra seorang publik figur yang dikenal masyarakat luas di Denpasar membuat banyak investor yang rata-rata pensiunan PNS dan wiraswasta tertarik hatinya menanamkan modal.

Sebagai bahan tambahan, mari kita simak beberapa komentar dari artikel-artikel di media online yang menjadikan KAA sebagai sumber berita dan KAA mendapatkan komentar pedas dari beberapa investor.

[caption id="attachment_305685" align="aligncenter" width="416" caption="Sumber : Swararakyatbali.com dari artikel http://swararakyatbali.com/berita-gubernur-bali-baru-harus-miliki-bali-jagadhita.html#"][/caption] [caption id="attachment_305687" align="aligncenter" width="478" caption="Sumber : http://www.beritasatu.com/hunian/75900-pebisnis-minati-sistem-taxi-house-di-bali.html"]

1385863068677900541
1385863068677900541
[/caption] [caption id="attachment_305689" align="aligncenter" width="451" caption="Sumber :http://tokoh.co.id/Berita-Utama/akuntabilitas-penggunaan-pajak-harus-transparan.html"]
13858631351950709853
13858631351950709853
[/caption] [caption id="attachment_305691" align="aligncenter" width="439" caption="Sumber : Swararakyatbali.com"]
1385863757159991080
1385863757159991080
[/caption]

Rasanya seperti kita dihadapkan pada deja'vu yang terus berulang-ulang dengan ruang waktu yang berbeda dan pelakunya mengindikasikan pola kepalsuan yang sama. Tidak ada habisnya juga korban - korban berjatuhan karena ketamakan segelintir orang untuk memanfaatkan harta milik orang lain dengan cara tidak terpuji.

Semoga ini tidak lagi menjadi dejavu di tempat-tempat lain dan warga masyarakat Indonesia bisa belajar dan bercermin dari kasus-kasus yang sudah ada dalam hal penipuan skema Ponzi ini.

Salam Kompasiana

Semoga Jadi Cerdas IndonesiakU

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun