Menunggu november berakhir kuseduh secangkir doa pekat di akhir novemberLembut waktu berjalan
Puisi Akrostik Keyvand Marx Diven Lapu tentang Aku dan Keakuanku
Jangan gila, itu percuma. Kamu hanya ingin tertawa lepas disebalik bisu yang menetas.
Mati dalam pelukan senja dalam keadaan gila. Setelah punggung para pelayat hilang dalam pandangan, aku masih terkapar kaku
Siapa pahlawan sejati di tumpukan makam ini?
Sebelum mati di ujung senjaAku orang gila
Senja sedang beradu pandangan dengan malam
siapa tahu bisa menjdi penyaring mimpi-mimpi burukmu.
Konflik Perjuangan. Lalu, pada siapa? kami akan... entah kapan?
Cahaya merona senja menghangatkan gelap menjelang, malam jatuh, mentari menari riang, embun menyejukkan dahaga penyair
Tiba di ujung senja kutemukan jasadku membeku dengan seulas senyum sinis
Lalu mantraku merasuk jiwa-jiwa yang getir, tersambar petir, memaki dengan bahasa satir
Puisi Akrostik THOMAS RONTA LAPU Telah dimuat pada buku Kumpulan Puisi Akrostik Nama Ayah Dan Ibu (51 Penyair Nusantara)
Wanita tua itu tidak ingin pemudanya bersumpah untuk wanita lain.Itu saja inginnya, titik
Wanita mana yang tak punya air mata bila cintanya ditinggal begitu saja
Ku seduh secangkir doa beraroma rinduMantra-mantra doa naik dan terselip diantara bintang.
Ada kata yang sulit terucapAda bibir yang enggan bicara