Karya : Anike malak Matahari mulai menyinari pagi hari Tubuh ini mulai bangki
Seksama ku diperlihatkan Untai tersirat seakan tersurat Tuhan seakan bicara Menjelmakan alam semesta Hanya penyair lah yang tahu Dia bicara
Bila senja berakhir pilu, langit menyimpan luka yang pekat, dalam sunyi ia tahu, cinta tak selalu berakhir hangat
Pantulan cahaya terlihat dari air yang mengenangDikala pagi aku duduk dibawah pohon yang rindangWalau hati yang sedang remuk tetap terlihat tenangJiwa
Sebuah pertanyaan mulai mencantol di dalam kepala. Seiring bunga tidur disadari keberadaannya, beragam kejadian unik seakan disediakan sebagai sebuah
Hujan seakan tak lelah menemani Uarkan puisi estetik di setiap sudut hati
irama dan denting suaranya yang terbalut dalam janji manis membuatku hilang dalam diriku
mengisahkan tentang kenangan manis seseorang saat berada di pulau bali
[Feature] Gema Pasar Yang Mulai Memudar, Potret Kehidupan Pengais Rezeki Yang Jerit Tangisnya Terdengar Sumbang.
Aku tak mengerti, apa yang harus kulakukan. Sementara hujan kembali datang mengintai dalam kesunyian
Di antara keramaian duniaNamamu akan tetap bergemaDi dalam detak jantungkuBahkan tanpa berkomunikasiHatiku selalu menyebut namamuRaga seakan ingin ikh
Yakinkah kita benar benar melakukan kebeneran ataukah hanya sebuah prmbeneran ?
Saat berdekatan denganmu ada sesuatu yang tidak mampu untuk ku ungkapkan. Aku bertanya-tanya inikah yang dinamakan cinta?
Apa dayaku saat ini, bila itu telah menjadi keputusanmu dan Aku hanya bisa pasrah meski terluka tak berdaya
Jika Allah telah menebar undangan, dan satu diantaranya jatuh ke tangan mu. Jangan kamu tolak. Karena belum tentu undangan berikutnya, menjadi milikmu
Luka Ini Terlalu Dalam, Sebuah Luka Akibat Kekasih
Perasaan penulis tentang kesedihannya karena harus bersikap asing dan berusaha menghapus perasannya kepada orang yang ia anggap istimewa.
Tertawa Ingin ku tau apakah yang terlintas dalam anganmu, Seakan terasa lezat tak ada revisi,Ingin ku tertawa dengan puas