Setiap hari adalah peluang baru, untuk bangkit, belajar, dan maju. Meski langkah kecil dan terluka, Pastikan harapan tetap tumbuh di jiwa.
Pagi, menghadapinya dengan senyuman, dengan penuh gembira, positif thinking dan belajar untuk memahami apa yang terjadi atas kehendak Allah
Dia tak tahu pandai menafsir mimpi Dan ia tak pandai pula sulap Ia hanya berupaya bangkit dari terjatuh di 1000 peran Lalu berharap tenang pada
Pagiku masih dalam perjalanan menuju takdir yang telah tertuliskan
Resiko kalau punya gebetan tapi jauhan ya begitu..
Alam adalah buku dengan lembaran-lembarannya yang terbuka, tapi kita kadang enggan membacanya
Kulihat senyuman manis terkembang, bak bunga mawar mengharumkan pagi
Pagi sunyi ketika siswa sudah libur menjelang hari raya
Rindu Menerka rasa dalam pelukan sang surya Hingga memastikan cinta yang kian tenggelam dalam luka
Di manakah pagiku? Ketika gelap menghitamkan semesta
Aku iri padamu. Kamu mampu mengantarkan banyak orang ke tempat tujuan
Pagiku bersama secangkir kopi. Puisi tentang secangkir kopi. Baca di sini
akan segera berlalu rasa yang pernah ada, kusambut pagiku penuh ceria.
Sepagi ini ..Kau telah menyapakuDengan indahmuDengan ceriamuDengan senyummuSepagi iniKau telah menebarkan padakuKebahagianmuHarapanmuDan semangatmuSep
![[sosbud] Teh Tradisional vs Teh Instan, Siapa Paling Sosial?](https://assets-a1.kompasiana.com/images/avatar/941e83e0-d7bc-46e6-b4a7-0a40dc0aef80-613c2bcb01019006d5292102.jpg?t=t&v=40&x=40){kind=small}
