Puisi tulisan tangan ini mungkin tidak akan pernah masuk antologi besar atau dibacakan di panggung sastra nasional. Tapi justru di situlah kekuatannya
Secangkir kopi, pantun menggelitik, dan data integritas yang menyentak. Akuntabilitas hadir tak sekadar di dokumen, tapi juga dalam dedikasi.
Ibu, Maafkan Kehinaan AnakmuIbu:Aku menduga, Aku telah lalaiAbai memerdekakan masa tuamuMenenangkanmu dari keterpurukan masa laluMenjaga asa dan doa -