Puisi bercerita tentang seseorang yang menanti sudah lama penuh bayang bayang sepi di tengah keramaian pembicaraan orang namun tidak diperdulikannya.
Yuk cek puisi yang berjudul "Rintik di Gunung Ijen" pada artikel berikut ini!
Amatah terkadang membawa kita menuju hal yang pada akhirnya menemui penyesalan
Mungkin perjumpaanku dengan sang hantu tak ada artinya, tapi bagiku, itu adalah pengalaman yang akan terus kuingat.
Menusuk Hati Nurani Awan. Di ufuk senja, awan berdansa dengan warna
Pesanmu malam ini menusuk hati Namun aku takkan sakit hati Akan kuteruskan mengaji diri Semoga rezeki berlipat ganda tiada henti
apakah kita mau menusuk dari belakang siapapun, sebagai tanda protes atas nama ketidakpuasan. Bahkan kepada Tuhan sekalipun
Aroma| Semakin menusuk,| Menyerbak| Dalam belusuk.|
Seorang bos tidak cukup hanya pintar. Ia harus cerdik, kuat mental serta sabar. Ramah, tidak terlalu diperlukan.
Tak ku sangka Diam-diam kau menghanyutkan Bukan hanya tak dewasa Tapi kau tak pernah bercermin memperbaiki kesalahan
Bola mata menari ke atas menembus awan putihIndah dan menawanDia senyum dan menyinarikuAngin sepoi yang menyambar hidung ini, Buatku takjub!Binar-bina
By: ASN, Bromo, 25 Desember 2014 Pagi menyingsing dalam hening Saat kesendirian meresap ke dasar jiwa Dan, deru angin berbisik dibutiran pasir A
Kala lara di depan mata Kenapa kau lebih suka tanyakan dia ada di mana? Bila tak sebutir air matamu jujur mengalir usahlah busa kaupelintir agar
"Dalam gelap itu dia berjalan melintasi pinggiran trotoar yang sepi melalang-buana kesana kemari tak jelas tujuannya sendiri, ditambah suhu udara mala