Senyum kecil di sudut bibir K, cemburu tapi ga ngaku, cemburu biru
Hingga mungkin waktu memberi bukti untuk usai semua
Buat apa ada duka dan lara Jika bisa mengejar suka Meski dalam prosesnya kadang lama Ada saja goresan-goresan menentang cita
Sadari saja bahwa ini hanya sebuah cerita Tak mungkin bersama
Waktu kita telah usai Masa kita pun lerai Tak lagi ada sesal diri Karena air mata telah sirna mengalir menjauhi nurani
Merindumu sungguh tak perlu Namun nurani tak bisa mendustai mau Kau ini selalu ada dalam pikiranku Pedih ika sengaja dilukiskan segala kisah
Apakah semesta akan mempertemukan K dan Bi di suatu hari nanti? Entah.
(Bi menatap K dengan bimbang. Kasih alamat ga ya? Kalau K dan Bimemang harus bersatu sebagai pasangan, semesta pun mendukung pertemuan tak terduga ini
K tersenyum sambil berkata dalam hati, seperti kamu Bi,
Kini hati hanya ingin menentramkan rindu semata agar tidak lagi menggebu seperti dulu
Pada akhirnya jejak kita sudah tiada Yang tersisa hanya memori lama
Bagaimana bisa kubilang bertahan Pada sebuah harapan yang hanya ada dalam angan Bagaimana bisa aku tetap diam Padahal gejolak di hati sangat menggonca
Hanya, jangan panggil aku lara, bisa?
Hingga mungkin Sang Hyang Widi memanggilku pulang selamanya dan waktu itulah kukembalikan segala gelora
Mungkin hanya satu yang terus tersisa Denting dawai rindu pada insan yang tak jua berganti nama