Mohon tunggu...
#fragmen jiwa
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Diri yang Tak Pernah Tiba
M Sanantara
M Sanantara
16 Juni 2025 | 4 bulan lalu

Diri yang Tak Pernah Tiba

Nama tak lagi menemukan tuannya, dan suara kehilangan wajahnya.

Fiksiana
132
18
10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Vanila Abadi: Sayangku yang Tak Terkunyah
M Sanantara
M Sanantara
24 Mei 2025 | 4 bulan lalu

Vanila Abadi: Sayangku yang Tak Terkunyah

Cinta belum jadi tubuh, tapi sudah terasa getir di lidah sunyi.

Fiksiana
126
12
8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Musafir Kegelapan
M Sanantara
M Sanantara
20 Mei 2025 | 5 bulan lalu

Musafir Kegelapan

Di antara cahaya dan kehilangan, musafir itu berjalan tanpa nama.

Fiksiana
104
10
6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Pria yang Melolong di Kandang Cahaya
M Sanantara
M Sanantara
14 Mei 2025 | 5 bulan lalu

Pria yang Melolong di Kandang Cahaya

Lolongan jiwa dalam kandang cahaya. Baca selengkapnya di sini

Fiksiana
107
10
4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Aku, Iblis, dan Satu-Satunya Tuhan yang Bisa Kumiliki: Jantungku
M Sanantara
M Sanantara
20 April 2025 | 6 bulan lalu

Aku, Iblis, dan Satu-Satunya Tuhan yang Bisa Kumiliki: Jantungku

Ketika jantung adalah satu-satunya Tuhan yang bisa kumiliki, aku berdiri di antara keheningan dan kehancuran, menunggu cahaya yang tak pernah datang.

Fiksiana
101
4
3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Ritual Kehancuran Bernama Cinta
M Sanantara
M Sanantara
14 April 2025 | 6 bulan lalu

Ritual Kehancuran Bernama Cinta

Sebuah puisi tentang cinta yang membakar tubuh, memeluk kehancuran, dan tetap berharap dari dalam kekosongan.

Fiksiana
110
4
4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Tidurku Dibuntuti Peluh Bernama Kamu
M Sanantara
M Sanantara
13 April 2025 | 6 bulan lalu

Tidurku Dibuntuti Peluh Bernama Kamu

Tubuhku museum gejala; tak satu pun pengunjung tertarik.

Fiksiana
74
4
3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Puisi: Parade TV Hitam Putih Penuh Semut
M Sanantara
M Sanantara
06 April 2025 | 6 bulan lalu

Puisi: Parade TV Hitam Putih Penuh Semut

Puisi ini bukan sekadar kata-kata. Ia retak. Ia menggulung. Ia berdarah.Puisi ini bukan sekadar kata-kata. Ia retak. Ia menggulung. Ia berdarah.Pu

Fiksiana
93
6
2
LAPORKAN KONTEN
Alasan