Bukan hanya itu, sekolah-sekolah , semua lembaga pendidikan formal maupun nonformal ditutup dan proses belajarnya dipindahkan ke rumah masing-masing. Anak-anak atau para pelajar diminta untuk belajar di rumah. Asyik kan?
Harusnya memang asyik, alias menyenangkan. Ya, bayangkan sajalah. Biasanya kita pagi-pagi sekali, sudah keluar rumah untuk melakukan berbagai aktivitas masing-masing.Â
Ayah pergi berangkat kerja ke kantor, atau ke tempat kerja masing-masing. Guru berangkat ke sekolah, anak-anak juga harus belajar ke sekolah dan sebagainya, namun ketika harus stay home.Â
Ya, di rumah saja. Ternyata, beraad di rumah saja, tidak seperti yang kita bayangkan ketika kita lelah bekerja di kantor dan selalg ingin pulang. Mengapa demikian?
Eh, rupanya banyak sekali orang yang sudah merasa jenuh di rumah terus. Di kepala masing-masing muncul keinginan untuk bisa menikmati indahnya pantai, ingin ke kolam renang, ingin ngopi bareng, ingin ke mall dan sebagainya.Â
Muncullah kata-kata, ungkapan bosan ach, di rumah terus. Pokoknya rasa bosan tau genus kian menggumpal di kepala. Sementara aturan belum berubah. Kondisi ini saat ini dikatakan akan membahayakan diri kita, karena kita terjangkit lagi penyakit akibat stay at home yang panting itu.Â
Pasti para pembaca sudah membaca banyak cerita tentang cabin fever. Ya, secara repintas, bila belum faham arti atau mengetahui dengan tepat, akan meraba-raba pikiran. Karena cabin fever pasti sulit difahami.Â
Apalagi dengan kemampuan literasi yang rendah, karena kurang membaca, kurang mendengar, kurang belajar dan sebagainya, antena pendek, maka cabin fever bisa disalahartikan.
Bila kita merujuk dari sejumlah referensi yang menjelaskan tentang cabin fever, ada banyak penjelasan yang bisa kita dapatkan. Untuk pemahaman kita, maka cabin fever itu merupakan perasaan tau emosi sedih yanga dirasakan oleh seseorang karena terlalu lama terisolasi di suatu tempat tertentu atau di dalam rumah. Â
Saat ini, kala pandemi Covid 19 memaksa orang-orang berdiam diri atau tetap di rumah saja, berpotensi muncul di tangah masyarakat kita, terutama di kawasan-kawasan yang menerapkan PSBB dan lockdown dal am wake yang relatif lama.
Tak dapat dipungkiri bahwa  pemberlakukan larangan keluar rumah atau keharusan untuk di rumah jaja, telah menyebabkan orang-orang morass sancta jenny. Â