Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Kependudukan untuk Generasi Masa Kini

23 Maret 2019   06:40 Diperbarui: 23 Maret 2019   06:59 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Oleh Tabrani Yunis

Agak terasa asing kita mendengar bila ada orang yang menyebut literasi kependudukan. Terasa asing, karena memang sangat jarang orang atau masyarakat kita yang membicarakan soal kependudukan. Apalagi kalau dihubungkan dengan istilah literasi kependudukan. 

Literasi, selama ini pun difahami secara dangkal, yakni membaca atau minat membaca. Begitu pula halnya dengan kependudukan yang sangat jarang dibicarakan orang. Untuk istilah literasi, saat ini memang semakin gencar kita dengarkan atau baca dalam banyak tulisan orang-orang yang peduli dan bergerak menjadi pegiat literasi dengan berkampanye, mengajak orang membaca dan menulis, menyediakan ruang baca atau pojok baca, perpustakaan dan lain-lain. 

Sementara untuk masalah kependudukan, hal ini mungkin sangat jarang kita bicarakan. Kita bisa mengukur pada diri kita atau keluarga kita. Ada berapa kali kita membaca atau menulis tentang kependudukan? Kalau pun ada, masalah kependudukan yang mana yang pernah dibaca atau ditulis? Kemudian, di tataran keluarga, ada berapa kali keluarga kita membincangkan soal kependudukan? 

Lebih luas lagi, ketika kita berada di tengah masyarakat, ada berapa banyakkah orang yang memperbincangkan atau membicarakan soal kependudukan? Begitu pula halnya di dalam lembaga-lembaga pendidikan kita yang menjadi tempat menggali ilmu pengetahuan, ketrampilan dan belajar membangun kehidupan tersebut? Seringkah masalah kependudukan menjadi topik pembicaraan atau pembahasan? Selayaknya, hal ini kita jawab bersama. 

Tak dapat dipungkiri bahwa concern kita, kepedulian kita terhadap kependudukan memang kurang atau rendah. Secara fakta, memang sangat jarang kita membicarakan soal kependudukan. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, tidak banyak orang yang membicarakan tentang kependudukan. 

Bahkan di sekolah pun, hal ini kurang menjadi perhatian. Kalau pun ada, kebanyakan orang membicarakan tentang jumlah atau kuantitas penduduk. Misalnya menghafal jumlah penduduk di Negara sendiri, atau mungkin kita mengetahui  urutan Negara dengan jumlah penduduk terbesar. 

Padahal, persoalan kependudukan, sekali lagi bukan hanya soal jumlah, persoalan kependudukan adalah persoalan yang sangat luas, yang mencakup segala hal yang terkait dengan manusia dan alam semesta. 

Maka, ketika kita bicarakan soal kependukan, akan terkait dengan berbagai hal lain, seperti kualitas penduduk, mobilitas,  pemanfataan dan segala dampak baik dan buruknya terhadap kehidupan dan alam ini. Namun, mengapa kita seakan mengabaikan masalah kependudukan ini? 

Ada banyak kemungkinan alasan, mengapa hal-hal seperti disebutkan di atas terjadi. Kita tentu bisa menggali apa yang menjadi alasan yang membuat hal itu terjadu. Beberapa di antaranya, pertama tingkat kepedulian kita dan masyarakat kita terhadap isu kependudukan memang rendah. 

Kedua, rendahnya pemahaman kita dan masayarakat, karena ketidakpedulian terhadap isu kependudukan. Ketiga, rendahnya kemampuan literasi masyarakat kita terhadap masalah kependudukan yang ditandai dengan rendahnya minat membaca dan mendiskusikan masalah-masalah kependdudukan dalam keseharian kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun