Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dataran Tinggi Gayo, Sumber Kehidupan yang Terus Tergerus

10 Juli 2018   00:25 Diperbarui: 10 Juli 2018   11:38 2790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinginnya udara pagi itu, membuat perut ingin diisi. Namun, tuan rumah sudah lebih dahulu menyuguhkan sajian kopi Gayo dengan cemilan peyek kacang. Menyeruput kopi Gayo di negeri kopi yang diracik dengan pengalaman itu, membuat rasa kopi semakin nikmat.

Hanya saja, karena sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia yang kalaupun sudah menyeruput segelas kopi dan beberapa potong peyek, kalau belum kena nasi, terasa belum lengkap rasanya. Oleh sebab itu, hal yang harus dilakukan adalah membeli nasi untuk sarapan pagi. Kami tidak ingin menambah repot tuan rumah. Maka, jalan terbaik, diam-diam membeli nasi gurih. 

Usai mengurusi urusan kampong tengah, seharusnya kami mandi, namun karena dinginnya udara Tanah Gayo, kami enggan mandi. Rencananya mandi setelah takziah. Namun hingga usai takziah, kami tidak mandi. 

Masalahnya bukan karena dingin, tetapi tidak ada air untuk mandi. Parahnya, ingin buang air kecil pun terpaksa tahan dulu, sampai mendapatkan air. Ternyata, masyarakat di desa ini sedang kesulitan air. Kami memahami kondisi tersebut, denga berprasangka baik saja, mungkin karena aliran air PDAM sedang macet.

Ternyata memang benar. Sementara sumber air dari sumur tidak ada. Melihat kondisi semacam ini, kami pun berusaha mencari tahu, mengapa mereka kesulitan air. Mengapa mereka selama ini cenderung menampung air hujan. Padahal, di daratan Tinggi Gayo ada sumber kehidupan yang sangat kaya.

Tidak pelak lagi, bahwa dataran tinggi Gayo ini kaya dengan sumber daya hutan, karena di dataran tinggi Gayo terdiri dari daerah perbukitan yang berada dalam bentangan bukit barisan, yang memiliki hutan-hutan lebat dan juga sebagian wilayahnya masuk dalam kawasan ekologi Leuser yang menjadi paru-paru dunia itu. 

Bukan hanya memiliki kekayaan sumber daya hutan, tetapi juga merupakan daerah pertanian yang memasok kebutuhan sayuran, kentang, tomat, kubis, cabe, alpukat dan bahkan kopi Arabika Gayo yang mendunia itu dan kini lagi tren di Aceh. 

Sebagai daerah yang berada di daerah bukit barisan dan dataran tinggi, Bener Meriah dan Takengon juga kaya akan sumber daya air. Dikatakan kaya dengan sumber daya air, karena pegunungan dan hutan yang berada di sekeliling kabupaten di dataran tinggi Gayo ini menyimpan air yang mengalir hingga ke hilir atau ke laut di kabupaten yang berada di lembahnya. Di daerah ini terdapat sebuah danau yang dikenal dengan sebutan "danau laut tawar".

Danau yang luasnya kira-kira 5.472 hektar, dengan panjang lebih kurang 17 km dan lebarnya 3,219 kilometer. Danau ini memiliki volume air kira-kira 2.537.483.884 m3 (2.5 triliun liter). 

Danau Laut tawar ini, menjadi danau yang menyimpan air untuk keperluan segala hal. Bukan hanya menjadi danau yang memberi manfaat untuk masyarakat di dataran tinggi Gayo, masing-masing Takengon dan kabupaten Bener Meriah, tetapi juga menjadi sumber air bagi semua kabupaten di wilayah pantai Timur dan pantai barat Aceh. Jadi, sebenarnya semua potensi alam yang ada di dataran tinggi Gayo tersebut adalah sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk di sekitarnya.

Lalu, ketika menemukan sebuah fakta kecil, masyarakat di Bener Meriah mengalami krisis air, maka ada banyak pertanyaan yang muncul di benak kita. Bagaimana mungkin di daerah yang menyimpan banyak air, mengalami krisis air?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun