Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pakai Jeans dan Kaos Itu Outfit-ku Juga di Bulan Ramadan, Salahkah?

31 Mei 2018   13:12 Diperbarui: 31 Mei 2018   13:39 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

" Ayah, sekali-kali pakailah baju koko saat ke masjid", begitu saran isteriku saat aku mau menuju masjid melaksanakan salat Isya dan tarawih. Aku menggeleng, sebagai isyarat mengatakan tidak. Aku tahu mengapa isteriku menyarankan aku untuk pakai baju koko ke masjid. Ia pernah membelikan aku baju koko yang diperuntukan untuk salat Idul Fitri beberapa tahun lalu. Baju itu masih tersimpan rapi di lemari. Ya, sebagai apresiasi terhadap pemberian isteri, aku memakainya saat pertama kali ia beli dan aku memakainya untuk melaksanakan salat ied itu.

Tapi usai melaksanakan salat Ied, setiba di rumah, aku langsung  menanggalkan baju dan sarung, lalu menggantikannya dengan kaos dan celana jeans yang aku suka. Aku suka dengan jeans merek tertentu yang terasa enak dan pas di badan. Padahal itu adalah hari raya, dimana banyak orang mengenakan pakaian muslim, termasuk baju koko. Aku tidak tahu mengapa baju koko disebut sebagai pakaian muslim. Aku juga tidak tahu siapa yang pertama sekali memakai koko sebagai identitas seorang muslim. Ya, pokoknya aku belum tahu. Namun, terlepas dari itu, aku merasa tidak sreg mengenakan baju koko, walaupun di hari raya.

Selain pernah membeli koko bersama isteri, aku di tahun 2008 ketika berkunjung ke kota Pondicherry, India membeli baju yang mirip dengan koko. Bajunya tanpa kancing, kerah bulat, tidak seperti kemeja yang kita pakai pada umumnya. Orang-orang di India menyebutnya dengan sebutan kurtas. Entah mengapa kala itu, aku suka membelinya dan juga memakainya, hingga beberapa tahun. Namun, kurtas tersebut, sepertinya tidak tergolong sebagai pakaian yang Islami. Padahal bentuknya sama dengan koko.

Pada kesempatan lain, ketika aku ada acara pertemuan dan training di Khatmandu, Nepal, aku juga sempat membeli dua baju kemeja yang mirip dengan kurtas. Mungkin juga orang-orang di negera yang terdapat Mount Everest itu, menyebutnya dengan kurtas. Kala itu, aku membeli yang berlengan pendek dan berlengan panjang.

Lalu, sesampai di tanah air, ya di rumah di Aceh,  baju kurtas itu juga aku pakai, tetapi tidak sesering kurtas di India. Kemudian kedua baju itu ku simpan. Ya, hitung-hitung, sebagai kenangan pernah ke Nepal. Memang sudah menjadi kebiasan banyak orang ketika pergi ke sebuah daerah atau Negara, cendrung membeli sesuatu yang ada di tempat itu, sebagai kenang-kenangan, bisa cendera mata, bisa juga berupa kaos yang bertuliskan nama kota atau apa saja.

Berbicara soal berpakaian, sebenarnya pakaian favoritku adalah bercelana jeans dan menggunakan kaos. Apalagi untuk kaos, aku banyak sekali membeli dan mendapat kaos gratis untuk kegiatan kampanye isu-isu tertentu seperti isu lingkungan, social, isu perempuan dan gender, serta lainnya. Sehingga, ibarat kata orang tiada hari tanpa kaos dan jeans.

Wajar saja, kalau suatu ketika sang mertua melihat caraku berpakaian yang hanya menggunakan celana jeans dan kaos. Sampai-sampai almurhum mertua, ketika beliau masih hidup, bertanya pada isteriku, " apakah suamimu tidak punya pakaian yang lebih baik, seperti pakaian  muslim (koko)?" Tapi, isteriku saat itu menjawab ada, tapi dia tidak suka pakai koko.

Ya, biasalah orang tua yang selalu ingin melihat anak atau menantunya tampil dengan pakaian-pakain Islami di hari raya, terutama di hari raya pertama dan kedua saat menyambut datangnya tamu atau saat bertamu ke rumah tetangga, saudara serta kerabat. Apalagi kalau mertua memang type yang suka tampil necis dan bersahaja. Maka, pakaian atau outfits yang ideal baginya adalah pakaian yang kelihatan formal dan juga Islami. Aku memang berbeda dengan penampilan dan cara berpakaian di keluarga isteriku, juga keluargaku serta kebanyakan masyarakat di sekitarku.

Nah, sejalan dengan perjalan usia yang sudah berkepala lima, aku memang lebih baik mengubah sedikit penampilanku. Namun tidak kontras, karena aku masih tetap menggunakan jeans dan kaos. Bedanya hanya saat ini, aku mengenakan kemeja lengan panjang, karena juga harus digunakan saat mengejar ke sekolah dan kampus yang mengharuskan guru/dosen berpakaian rapi, sopan dan sesuai dengan profesi.

Selain karena perjalanan usia,  kebutuhan untuk ke acara-acara atau pesta, mengharuskan aku punya kemeja untuk ke tempat formal dan pesta atau acara lainnya. Menjadi tidak enak bila aku sendiri hanya mengenakan jeans dan kaos. Ada perasaan risih. Ya, risih juga sih, namun pakaian terbaikku ternyata memang jeans dan kaos. Entah mengapa pula kita harus risih dengan pakaian yang kita kenakan, entah mengapa pula kita harus merasa tidak enak dengan berpakaian yang kita sukai. Aneh bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun