Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merayu Si Mata Biru asal Aceh, untuk Bercinta dengan Kata

11 Oktober 2017   00:50 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:10 3134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan tidak berlama-lama, kami selesaikan sarapan dan kembali menuju sekolah SD Negeri 1 Indra Jaya. Kami disambut oleh ibu kepala sekolah, Bu Kasriati, S.Pd dengan senyum dan penuh keramahan. Di halaman sekolah, walau hujan rintik-rintik, tampak sejumlah anak sekolah dari 6 sekolah lain berdatangan. Ada yang diantar dengan motor, dengan mobil dan bahkan dengan menumpang becak mesin, untuk mengikuti acara ini.

Sejenak kami berada di ruang guru, sembari beramah tamah dengan para guru dan menikmati sajian pisang goreng dan kopi, aku melihat sejumlah piala yang dipajangkan di lemari ruang guru. Piala-piala tersebut adalah bukti bahwa sekolah ini adalah sekolah yang sudah banyak meraih prestasi. 

Benar saja, ternyata banyak murid sekolah ini yang ikut lomba di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan tingkat provinsi dan nasional, lalu meraih piala itu. Tanpa basa-basi, aku mengatakan, wah bagus bu. Sekolah yang berada di desa seperti ini, sudah banyak meraih prestasi. Aku jadi salut dengan kegigihan ibu membimbing anak-anak ini. Hebatnya lagi, hari ini ibu mengundang kami untuk membantu anak-anak, yang bukan hanya dari sekolah ibu, tetapi dari 7 SD dari 2 gugus. Great, I really appreciate it.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Tak lama kemudian, kami melihat anak-anak peserta pelatihan menulis ini sudah diarahkan masyk ke bangunan pustaka. Ternyata, tempat acara terpaksa dilakukan di ruang pustaka, yang semula direncanakan di ruang terbuka, halaman sekolah, namun karena hujan, ya kami menggunakan ruang pustaka. Sebagai pelatih yang sudah puluhan tahun belajar dan menggunakan metode fasilitasi, pemindahan tempat itu, bukan alasan bagiku untuk tidak tampil dan bertindak optimal. Pengalaman puluhan tahun itu adalah kekuatan yang aku punya. 

Maka, usai kepala sekolah memberikan pengarahan kepada anak-anak, panggung atau ruangan itu diserahkan bulat-bulat kepadaku. Lalu, akupun beraksi menarik perhatian lebih kurang 75 orang anak SD dari 7 sekolah tersebut. Tugasku membuat mereka senang dan kemudian jatuh cinta. Ingat dengan apa kata orang dahulu? " Kalau cinta sudah melekat, apa pun yang kita minta untuk dikerjakan, pasti mereka akan mau melakukannya, bukan?

Ya, pastilah. Maka, mengawali kegiatan pagi tadi, aku mencoba menebar pesona. Ya, berusaha menarik dan mencuri perhatian anak-anak yang biasanya liar. Satu per satu teknik yang ku miliki, ku keluarkan. Aku mempelajari kondisi forum, ya melihat suasana anak-anak yang tingkat kemampuan berbeda dan jenis kelamin berbeda itu. Sambil menggali potensi, jurus motivasi terus digunakan, sehingga aku benar-benar menguasai ruangan atau panggung yang diberikan. Dengan menggunakan sejumlah majalah Anak Cerdas yang aku bawa ke ruangan, rasa ingin tahu anak juga semakin tinggi.

Dari kegiatan awal itu, aku menemukan bahwa anak-anak yang berada di dalam ruang pustaka ini, memiliki sejumlah potensi berkarya yang hebat. Sebelum latihan ini dilakukan sudah banyak anak yang berkarya, ada beberapa anak yang sudah mampu melukis atau menggambar, yang gambarnya layak untuk dipublikasikan di majalah Anak Cerdas atau ke majalah-majalah nasional lainnya. Bukan hanya itu, banyak juga yang sudah lihai berpuisi. Salah satu contoh adalah aku meminta salah satu peserta membaca puisi. 

Tanpa rasa takut ia bangkit dan berdiri di depan, lalu membaca puisi yang ada di majalah Anak Cerdas. Ia membuat teman-temanya terkesima. Untuk menulis cerita dan puisi, ternaya mereka suka menulis dongeng an cerita-cerita tentang apa yang terjadi di daerah mereka. Sungguh sangat menarik, walau masih banyak yang harus diluruskan. Ya, itulah tugasku, ungkapku dalam hati. Pokoknya, mereka sudah memulai, namun tidak memiliku media untuk memublikasikan karya mereka. Makanya, majalah Anak Cerdas diundang untuk bisa mengakomodir kebutuhan anak-anak di daerah ini.

Sangat antusias
Tidak satu pun yang keluar, meninggalkan ruangan selama acara berlangsung. Tentu ini sebuah indikator bahwa anak-anak sangat antusias mengikuti acara. Bukan hanya itu, bahkan mereka lupa untuk mengambil snack yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Mereka bertahan di ruangan menikmati sajian materi dan kegiatan pelatihan itu. 

Tentu saja, untuk membunuh kebosanan anak-anak, sejumlah kegiatan icebreaking atau icebreaker dilakukan, sehingga rasa suka semakin menggumpal. Mereka bisa bernyanyi dan ikut menyajikan hasil karya mereka di depan kelas. Terlihat semua anak belajar dengan sangat antusias. Mereka tidak mengeluh karena harus menulis sambil duduk bersila di lantai, tanpa ada meja atau bangku. 

Setiap tugas yang diberikan, mereka selesaikan. Kebahagiaan dan rasa suka anak semakin bertambah ketika sejumlah anak yang tampil dan mau maju ke depan, diberikan hadiah majalah Anak Cerdas. Mereka berlomba-lomba melakukan yang terbaik, untuk mendapatkan hadiah majalah yang disediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun