Mohon tunggu...
Tabitha ElzauraPatianom
Tabitha ElzauraPatianom Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Palangkaraya

Mahasiswa Universitas Palangkaraya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Manajemen)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebijakan Moneter BI (Bank Indonesia) 2023, Fokus Menjaga Stabilitas Ekonomi

2 Desember 2022   19:35 Diperbarui: 2 Desember 2022   19:39 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Palangkaraya-Bank Indonesia Jateng akan memperkuat kebijakan moneter pada tahun 2023. Pada saat yang sama, kebijakan akan difokuskan untuk menjaga stabilitas dan empat kombinasi kebijakan lainnya yang ditujukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Kebijakan moneter Bank Indonesia pada tahun 2023 akan difokuskan pada stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi agar naik lebih dini sebagai bagian dari upaya memitigasi dampak limpahan gejolak global dan mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan pada level sasaran. 

Datang kembali Bank Indonesia akan melanjutkan langkah kebijakan suku bunga yang ketat melalui pengumuman yang terkoordinasi, terencana dan terkomunikasikan dengan baik untuk memastikan target inflasi inti tercapai lebih awal yaitu. H. pada paruh pertama tahun 2023. Ukuran dan waktu langkah kebijakan suku bunga didasarkan pada perkembangan ekspektasi inflasi dan inflasi inti dibandingkan dengan perkiraan awal dan target yang dapat dicapai (data dependen).

1. Menarik potensi investasi yang menjadi fokus BI di tahun 2023 

M Firdauz Muttaqin, Deputi Direktur Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, mengatakan pihaknya akan melakukan beberapa langkah dukungan bersama Bank Indonesia Jateng dan pemerintah daerah.

"Tujuh isu dengan stakeholder daerah akan kita fokuskan pada 2023," ujarnya dalam Rapat Bank Indonesia (PTBI) 2022, Rabu (30/11/2022). Sementara itu, kebijakan bersama Bank Indonesia dan pemerintah daerah untuk menarik potensi investasi ke berbagai daerah dan kawasan industri antara lain penguatan kapasitas dan akses pasar UKM untuk memfasilitasi berbagai kegiatan di dalam dan luar negeri.

2. Perekonomian Jawa Tengah diharapkan tumbuh kuat 


Kemudian mendorong perluasan digitalisasi UKM, perusahaan keuangan syariah dan sistem pembayaran, serta memperkuat peran Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) melalui kerangka 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, harga terjangkau dan komunikasi yang efektif). dan tim percepatan perluasan digitalisasi daerah (TP2DD).

Sejalan dengan prakiraan ekonomi yang kuat dan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2023, Bank Indonesia Jateng juga memperkirakan perekonomian Jawa Tengah tahun depan akan tumbuh kuat sekitar 4,5 hingga 5,3 persen (y/y).

"Kinerja yang lebih baik di tengah tantangan global berupa risiko stagflasi dan reflasi akan didukung oleh sinergi politik antara pusat dan daerah. Selain itu, inovasi diperlukan untuk mendorong investasi, mengembangkan industri primer Jawa Tengah dan mendukung kompensasi impor. Kemudian jangan lupa untuk mengembangkan pariwisata dan lebih memperluas infrastruktur," jelasnya. Penguatan sinergi dan inovasi tidak hanya terkait dengan mitigasi dampak pandemi COVID-19, tetapi juga mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan pengendalian inflasi.

3. BI memberi penghargaan kepada mitra strategis. 

Dalam acara tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan, upaya bersama harus dilakukan untuk menggali dan memperluas potensi ekonomi Jawa Tengah. Juga, jangan lupa untuk memeriksa tren harga untuk meningkatkan fleksibilitas dan membangun Indonesia kelas atas.

Sementara itu, dalam PTBI 2022, delegasi Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah juga mengucapkan terima kasih kepada 11 mitra strategis di bidang pengendalian inflasi, pembangunan ekonomi daerah melalui usaha kecil menengah dan ekonomi syariah. Kemudian juga peredaran uang rupiah dan sistem pembayaran gratis (tambahan daftar penerima penghargaan). Forum PTBI merupakan forum strategis yang diselenggarakan secara rutin di akhir tahun untuk bertukar pandangan mengenai perekonomian terkini, tantangan, prospek, dan arah Bank Indonesia.

Bank Indonesia (BI) bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan nilai rupiah yang stabil. Tujuan tersebut sebagaimana dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada Pasal 7. Kestabilan rupiah tersebut memiliki dua dimensi. Dimensi stabilitas rupiah yang pertama adalah stabilitas harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan inflasi. Dimensi lain menyangkut kestabilan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Indonesia menganut sistem nilai tukar variabel (free floating). Namun demikian, peran stabilitas nilai tukar sangat penting untuk mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak 1 Juli 2005, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting (ITF). Kerangka kebijakan dipandang sejalan dengan mandat hukum dan pertimbangan kelembagaan. Dalam konteks ini, inflasi menjadi sasaran utama (general target). Bank Indonesia terus melakukan berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter untuk meningkatkan operasionalnya sejalan dengan dinamika perubahan dan tantangan perekonomian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun