Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Big Data, Apanya yang "Big" sih?

20 April 2022   13:05 Diperbarui: 21 April 2022   10:06 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Big Data| Nabila Nurkhalishah Harris/Kompas.com

Ada juga tulisan yang mengatakan mereka bukan bagian dari big data. Menurut hemat saya, Anda tidak bisa bebas lepas dan berkata tidak mempunyai hubungan dengan big data. Selama Anda "bermain" di internet, maka suka atau tidak, sadar atau tidak sadar, kita semua adalah bagian dari big data.

Oleh karena itu, undang-undang perlindungan data pribadi (PDP), merupakah hal krusial yang secepatnya harus kita punya. Data pribadi, merupakan hal yang tidak bisa kita anggap sepele.

Saya mau melepaskan unek-unek tentang PDP. Terus terang saya miris dengan kelakuan bapak-bapak entah itu yang mengaku sebagai wakil rakyat, maupun dari pemerintahan. Mengapa masalah otoritas pengawas saja yang dibahas dan menjadi bahan perdebatan?

Kapan RUU PDP mau dibahas kalau hanya berdebat tentang hal-hal yang tidak esensial? Apakah ada udang dibalik bakwan dengan mengulur waktu pembahasan dengan alasan perdebatan otoritas pengawas? 

Semoga saja mengulur waktu pembahasan RUU PDP bukan karena big data ini bisa mendatangkan "big money". Entahlah, mungkin hanya rumput bergoyang yang tahu jawabannya.

Sebelum menutup tulisan, saya ingin bertanya kepada Anda. Setelah membaca tulisan ini, apakah sudah ada gambaran apa dan bagaimana big data itu?

Atau, masih bingung tentang perbedaan "big" pada big data, dengan "big" pada Big Mac, bahkan "big" yang dilekatkan pada Big Foot?

Jika masih bingung juga, coba cari jendela terdekat dan pegangan di sana. Ups, maksud saya tidak usah bingung karena pedomannya adalah, cukup ingat 4V yang sudah saya tuliskan. Jangan khawatir juga kalau belum mengerti. Pemahaman memang tidak bisa terjadi secara instan. Hanya kopi yang bisa instan, itu kata Mat Pengki.

Jangan terlalu bersuka ria berlebihan dengan istilah teknologi keren seperti big data, metaverse, AI, Industry 4.0, dan lainnya. Yang terpenting adalah, kita harus selalu memikirkan dan memahami esensi teknologi tersebut, bukan pemanis atau hal-hal diluar itu.

Dua tahun lagi akan pemilu. Nanti, pasti akan ada orang yang menggunakan istilah teknologi tanpa memperhatikan esensinya, untuk kepentingan golongan maupun pribadi.

Mari kita gunakan istilah teknologi secara bijak. Agar tidak membuat pembaca gelagapan dan kehabisan napas karena "tenggelam" dalam banjir istilah. 

Dengan menggunakan istilah teknologi secara bijak, diharapkan Indonesia bisa selamat menyongsong era teknologi baru yang pasti akan (sudah) tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun