Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tentang Budaya dan Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020

25 Juli 2021   20:00 Diperbarui: 27 Juli 2021   05:50 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin suara pedemo di luar stadion yang menentang diselenggarakannya olimpiade, terasa lebih keras terdengar.

Setelah membahas beberapa hal tentang olimpiade, kali ini saya ingin mengamati pembukaan olimpiade Tokyo 2020 dari sisi budaya. Saya yakin budaya Jepang bukanlah hal baru, dan beberapa diantara Anda pasti sudah mengenalnya. 

Kita mulai dari saat rombongan atlet dari berbagai negara masuk ke stadion. Biasanya parade atlet dilaksanakan dengan urutan berdasarkan huruf abjad romawi, yaitu a, b, c, dan seterusnya. Pada olimpiade kali ini, urutan parade diatur menurut susunan huruf bahasa Jepang, yaitu a, i, u, e, o, ka, ki, ku, dan seterusnya.

Papan nama pada rombongan tiap negara menggunakan corak bubble (dalam bahasa Jepang disebut fukidashi), seperti kita membaca bagian percakapan antarkarakter pada man-ga (komik Jepang).

Musik pengiring rombongan atlet tiap negara kala masuk ke stadion, adalah lagu utama yang digunakan pada game seperti Dragon Quest, Final Fantasy dan Monster Hunter. 

Mungkin Anda masih ingat waktu penutupan olimpiade Rio tahun 2016 lalu, Abe Shinzo yang menjabat PM Jepang saat itu, muncul di tengah stadion bergaya seperti karakter game Mario.

Tidak perlu diragukan lagi bahwa man-ga dan game adalah salah satu sub culture Jepang yang sudah mendunia.

Kenang-kenangan Olimpiade Tokyo 2020 (koleksi pribadi)
Kenang-kenangan Olimpiade Tokyo 2020 (koleksi pribadi)

Kemudian kita dapat melihat peragaan tukang kayu (dalam bahasa Jepang, daiku) yang bernyanyi saat mereka bekerja. Aktivitas menyanyi yang disebut kiyari-no-uta ini dilakukan sambil untuk aba-aba, agar pekerjaan dilakukan secara teratur. Pada era Edo, dimana kebudayaan Jepang sedang mengalami perkembangan pesat, orang dapat menemukan kegiatan ini di penjuru kota. 

Ada juga lampion (dalam bahasa Jepang, chouchin) dipasang pada beberapa gerobak yang memasuki stadion. Chouchin mempunyai banyak ragam dan bentuk. Dahulu chouchin umumnya digunakan sebagai alat penerangan. Akan tetapi, saat ini penggunaannya lebih luas. Sehingga kita mudah menemui chochin waktu festival, pada perayaan keagamaan, maupun dipasang di depan restoran khas Jepang.

Berikutnya ada lingkaran besar terbuat dari kayu diusung ke tengah arena. Lalu setiap bulatan masing-masing bergerak dan akhirnya membentuk lambang olimpiade. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun