Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menikmati Musim Gugur di Taman Nasional Oze

27 Oktober 2018   08:00 Diperbarui: 27 Oktober 2018   16:44 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya berjalan paling belakang supaya leluasa memotret (Dokpri | OlympusXA | Fuji Natura 1600)

Saya memilih berjalan paling belakang karena saya membawa kamera, sehingga ketika saya (ingin) memotret, otomatis tidak menggangu teman karena di belakang saya tidak ada orang.

Saya berjalan paling belakang supaya leluasa memotret (Dokpri | OlympusXA | Fuji Natura 1600)
Saya berjalan paling belakang supaya leluasa memotret (Dokpri | OlympusXA | Fuji Natura 1600)
Kami juga bisa melihat kaki gunung dan bukit di kanan kiri selama kami di perjalanan, dimana daun-daun pohon di kaki bukit atau gunung itu sudah mulai berubah menjadi warna-warni. Terkadang kami juga menemukan genangan air yang didalamnya tumbuh bunga teratai Ozekouhone. 

Kalau saya mengamati rumput yang banyak tumbuh disana, terkadang ada beberapa serangga, atau komunitas kecil serangga di rumput sekitar jalur jalan yang dibuat dengan papan.

Untungnya, saya hanya "sempat" bertemu dengan serangga dan beberapa ekor burung saja. Walaupun beruang Tsukinowaguma merupakan salah satu kekayaan fauna Oze, namun kami "beruntung" karena tidak "sempat" ketemu dengan mereka selama perjalanan.

Di area Ozegahara, kami harus berjalan di atas mokudou, yaitu papan yang dipasang sebagai pijakan untuk berjalan, karena area ini merupakan lahan tanah basah, sehingga tidak mungkin jalan diatas tanah. Terlebih, papan yang dipasang ini juga berfungsi untuk melindungi ekosistem disana.

Daun pohon di kaki bukit yang berwarna-warni (Dokpri | Sony DSC-HX5V)
Daun pohon di kaki bukit yang berwarna-warni (Dokpri | Sony DSC-HX5V)
Mokudou dibuat dua jalur, dimana kita harus berjalan di jalur sebelah kanan. Kalau kita berpapasan dengan, atau ingin mendahului orang atau rombongan lain, maka biasanya kita mengucapkan salam "konnichiwa". 

Total panjang mokudou yang ada dalam area Ozegahara adalah 65 Km, dimana helikopter digunakan untuk mengangkut kayu baru ke lokasi dan membawa kayu yang sudah rusak/usang dari lokasi. Oleh karena itu, untuk perawatan mokudou dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, yaitu sebesar 120.000 yen per meter!

Kami berjalan dengan kecepatan sedang (santai) di area ini, karena memang hawa yang sejuk membuat kami betah untuk menikmati berlama-lama jalan kaki. Di area Ozegahara ini kurang lebih ada 6 yamagoya dan bahkan sepanjang mokudou, di beberapa tempat tersedia bangku yang khusus disediakan untuk duduk sekedar melepas lelah sejenak sambil menikmati pemandangan sekitar.

Bangku untuk istirahat yang terdapat di Ozegahara (Dokpri | Sony DSC-HX5V)
Bangku untuk istirahat yang terdapat di Ozegahara (Dokpri | Sony DSC-HX5V)
Memang asyik untuk duduk di bangku yang disediakan ini karena selain bisa beristirahat, saya juga bisa merasakan sejuknya angin menerpa tubuh. Jika sambil memejamkan mata, maka kita bisa mendengar bunyi angin yang menerpa rerumputan dan suara kaki orang yang berjalan di mokudou.

Kami menghabiskan waktu sekitar 7 jam (termasuk juga waktu yang kami gunakan untuk beristirahat di beberapa tempat) di area Ozegahara untuk berjalan dengan total jarak yang kami tempuh sekitar 20 Km.

Susah payah kami untuk datang kesini terobati dengan pemandangan yang bisa kami nikmati di Oze. Terutama, karena kesibukan kami masing-masing sehingga badan (jasmani) dan pikiran capek dengan kehidupan "keras" yang harus kami jalani, maka Oze seperti bisa "mencuci" bersih segala kecapaian badan dan pikiran.

Pemandangan Ozegahara (Dokpri | OlympusXA | Fuji Natura 1600)
Pemandangan Ozegahara (Dokpri | OlympusXA | Fuji Natura 1600)
Saya merekomendasikan tempat ini jika ada pembaca yang punya waktu luang untuk jalan-jalan, terutama di musim gugur.

Ada berbagai macam jalur yang bisa ditempuh, yang tergantung dari arah akses masuk dan keluar area Oze. Sehingga jika ada pembaca yang berminat untuk pergi ke sana, sebaiknya mempersiapkan rencana dengan matang, mulai dari akomodasi dan transportasi, lalu memilih rute mana yang akan ditempuh nanti, dan sebagainya. 

Sebagai tambahan, berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sewaktu mengunjungi Oze :

  • Diharuskan untuk membawa pulang segala macam sampah bekas makan dan minuman ke rumah
  • Siapkan uang receh 100 yen karena toilet berbayar (walaupun hanya ditaruh kotak uang saja tanpa ada penjaganya)
  • Taat peraturan, misalnya menggosok alas kaki (sepatu) dengan benar pada tikar yang disediakan di pintu masuk taman untuk mencegah masuknya biji tanaman liar dari luar taman, tidak makan sembarangan di area taman, dan sebagainya
  • Dilarang untuk memetik tumbuhan apapun yang ada di taman
  • Jika menggunakan transportasi umum (bus), sebaiknya mencatat jadwal bus, terutama bus yang keluar dari area Oze (karena jadwal yang sedikit)
  • Menyiapkan sepatu dan pakaian yang cocok untuk iklim dan cuaca di Oze, serta tidak membawa beban barang yang berlebihan

Rombongan orang-orang yang berjalan di Ozegahara (Dokpri | Sony DSC-HX5V)
Rombongan orang-orang yang berjalan di Ozegahara (Dokpri | Sony DSC-HX5V)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun