Mohon tunggu...
Rahmat Halawa
Rahmat Halawa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guru Diharapkan Menjadi Asyik dan Menyenagkan

21 Maret 2017   01:12 Diperbarui: 21 Maret 2017   01:19 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Deden (Foto : Rahmat Halawa)

Yayasan Rumah Si Jempol Selenggarakan Pelatihan Guru PAUD se Kaltara

DALAM dunia mengajar dikenal beberapa tipe guru, ada guru wajib hingga haram. Hal ini dikemukakan Deden Syamsa saat menyampaikan materi di hadapan ratusan peserta Pelatihan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Minggu (19/3).

Menurut pria akrab disapa Kang Deden ini, mendidik itu tidak boleh mendadak. Sehingga untuk menjadi seorang guru yang asyik dan menyenangkan perlu dilakukan pelatihan-pelatihan khusus.

“Tipe yang pertama adalah guru wajib, yaitu guru yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan ketidakhadirannya membuat orang lain kehilangan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, karakter guru wajib antara lain bekerja dengan tulus, administrasi lengkap, kemampuan mengajarnya bagus, aktif dalam berbagai kegiatan, memandang bekerja sebagai belajar, dan tidak pernah berhenti belajar serta dekat dengan murid.

“Seorang guru wajib juga berkarakter motivator, dengan kata lain seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, bukan hanya sekedar mengajar. Selain itu, positif melihat peluang setiap saat, tulus, luwes, menetapkan dan memelihara harapan tinggi, fasih, menarik dan tertarik, humoris, berwibawa menggerakkan orang lain serta menjadi yang terbaik,” pungkas dia.

Kedua, guru sunnah yaitu keberadaannya dibutuhkan dan ketidakhadirannya tidak membuat orang lain kehilangan.

“Karakteristik guru sunnah ini adalah bekerja pamrih, kemampuan bagus, memandang bekerja untuk mendapatkan sesuatu, dan cenderung dekat dengan murid karena ada tujuan tertentu,” urai dosen di Sekolah Tinggi Pendidikan Islam (STPI) Bina Insan Mulya Yogyakarta ini.

Ketiga yaitu guru mubah. Tipe guru ini, kata Kang Deden, tidak berpengaruh karena keberadaan dan ketidakhadirannya sama saja. Sementara karakteristiknya antara lain bekerja asal menggugurkan kewajiban, tidak mempunyai keinginan meningkatkan kemampuan dan karier, administrasi asal ada (dapat fotocopy), selesai mengajar lebih memilih untuk pulang dan cenderung jaga jarak dengan murid.

“Yang keempat adalah guru makruh, dimana kehadirannya tidak diharapkan sedangkan ketidakhadirannya membuat orang lain merasa tenang bekerja. Tipe guru makruh memiliki karakteristik selalu usil terhadap pekerjaan orang lain, senang mengkritik orang lain atau atasan tetapi bila disuruh bekerja tidak mampu, pekerjaannya tidak baik, selalu menyalahkan orang lain, serta selalu merasa diri benar,” tutur dia.

Kelima, guru yang kehadiran dan ketidakhadirannya bermasalah atau disebut guru haram. Karakter guru haram yaitu cenderung berperilaku tidak baik, selalu bikin masalah dengan semua orang, jika tidak hadir banyak orang bersyukur, kehadirannya di sekolah justru membuat orang lain menjadi risih, serta jauh dengan murid dan rekan-rekan guru.

“Guru haram ini rata-rata gila hormat, mata duitan atau obyeker, sombong, killer, sok kenal sok dekat, judes, galak dan tak beretika,” ujar pria kelahiran 1980 ini. Kang Deden menambahkan, dampak buruk guru haram yaitu membuat siswa malas ke sekolah, emosi siswa tidak terkendali, stress dan tidak naik kelas.

Dia pun berharap, melalui pelatihan dan pemaparan materi disampaikannya itu, para peserta dapat menjadi guru quantum. Guru quantum, jelas dia, mampu mengokertrasikan pembelajaran menjadi sebuah pertujukan menarik dan menyenangkan, mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, serta menghipnotis kelas dengan daya tarik.

Sementara itu, pemilik Yayasan Rumah Si Jempol Dhesy Pramulya Sagita mengatakan, pelatihan Guru Asyik dan Menyenangkan (GURAME) tersebut sebagai salah satu perwujudan kepedulian dirinya pada dunia pendidikan. “Acara ini adalah inisiatif kami sendiri. Pesertanya itu perwakilan guru-guru PAUD dari kabupaten/kota se Kaltara,” ujarnya.

Pelaksanaan kegiatan berlangsung selama dua hari, yaitu Sabtu (18/3) hingga Minggu (19/3) di Gedung Serbaguna Kantor Walikota Tarakan itu juga berkat kerjasama pihaknya dengan Yayasan GURAME Yogyakarta. Selain itu, wanita lebih dikenal dengan sebutan Bunda Dhesy ini mengaku, suksesnya acara tersebut tidak terlepas dari dukungan beberapa sponsor. “Alhamdulillah ada beberapa yang mensponsori, yaitu Bankaltim, Erlangga, Kalbe, dan Melilea,” tuturnya.

Menurutnya, pelatihan seperti ini pertama kalinya diadakan sebuah yayasan di Kota Tarakan. Dia pun berharap, ke depannya ada yayasan lain ikut berpartisipasi. “Ya, tentu ini sangat banyak manfaatnya, karena mendidik anak usia dini berbeda dengan mengajarkan siswa SMP atau SMA. Kami mendorong yayasan lain untuk dapat menyelenggarakan talkshow seperti ini,” imbuh Dhesy.

Wanita kelahiran 1980 ini mengaku terinspirasi mendirikan Yayasan Rumah Si Jempol dari pengalaman hidupnya saat menuntut ilmu sejak SMP di Bojonegoro, Jawa Timur. “Namun, teladan utama kami adalah Nabi Muhammad Rasulullah SAW,” tandas dia.

Berdasarkan informasi disampaikan ketua panitia pelaksana kegiatan, Tri Yeni Utami, jumlah peserta mencapai 210 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun