di kala sore ini,kutuliskan puisi keheningan, kucurahakan segala keresahan, sedikit kata dan air mata,
Sore menguning telah menyambut klabunya hati kegelapan tak kan menghilang walau seribu bulan terbit saat ini bagi yag patah hati,
Maaf Sayang..
Kali ini tak ada puisi romantis, jemariku menangis tanpa kata, tanpa aksara, semua pergi entah ke
mana, inspirasi menghilang,
Namun,
tunggulah sayang, beri yang tak lekang. Ingin kugenggam seutuhnya dan tak kan mati untuk terkenang,
Kembali dalam raut senja, bayangkan wajahmu terlukis di langit sana, meski sedikit redup, termaknakan akan isyarat.
Cintaku,
Pria yang berwajah senja, berhati jingga. Jangan terburu menutup hari tanpa permisi. Singgahlah sebentar di sini.
Awan abu kala senja, itu yang terlahir terlihat. Saat dentum misil bertandang kepemukiman. Cinta dibombardir bom kesedihan yang teramat sangat membuncah,
Senjaku benar-benar
berwarna......
tak jemu-jemu aku memandangnya, semburat jingga masih jelas tergambar di pelupuk mata.