Mohon tunggu...
Syifa Maulida Hajiri
Syifa Maulida Hajiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada

Syifa tertarik dengan dunia jurnalistik dan media kreatif, terutama dalam serba-serbi perfilman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

77 Tahun Indonesia Merdeka, Perempuan Masih Terjerat Stigma

18 Agustus 2022   13:48 Diperbarui: 18 Agustus 2022   13:57 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kemerdekaan Indonesia, sumber: Gramedia.com

17 Agustus 2022 menjadi momentum bangsa Indonesia menikmati 77 tahun kemerdekaannya. Perkembangan di berbagai bidang terlihat jelas apabila dibandingkan dengan kondisi awal ketika Indonesia berdiri, misalnya saja dalam aspek pembangunan infrastruktur yang dapat dilihat secara gamblang. Namun, masih ada saja beragam problem yang sejak dulu masih terpelihara dan tidak kunjung tuntas. Salah satunya adalah masalah-masalah yang menimpa perempuan di Indonesia.

Perempuan masih dipandang sebelah mata  dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Masalah-masalah yang dihadapi perempuan Indonesia pun berkutat pada pusaran yang tidak henti-henti. Perempuan masih sangat rentan menjadi korban tindak kriminal seperti pelecehan seksual. Selain menjadi korban tindak kriminal, banyak perempuan Indonesia secara eksplisit menjadi korban stigmatisasi dan tuntutan untuk menempatkan dirinya pada "level" yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Fenomena ini dapat terlihat jelas refleksinya dalam dunia nyata hingga ke dunia maya. Tidak sedikit perempuan di Indonesia juga telah menyuarakan persoalan stigmatisasi ini di berbagai platform. Stigmatisasi tersebut diantaranya menyangkut aspek pendidikan, keuangan, hingga karier.

Perempuan Tidak Boleh Berpendidikan Lebih Tinggi dari Laki-laki

Di berbagai wilayah Indonesia, perempuan yang meraih tingkat pendidikan lebih tinggi dibanding laki-laki dipandang kurang lazim apalagi jika konteks ini terjadi pada pasangan suami istri. Seringkali hal tersebut dikait-kaitkan pula dengan stigmatisasi masyarakat Indonesia kepada perempuan yang dianggap akan berakhir di dapur sehingga tidak membutuhkan pendidikan yang setinggi-tingginya. Masalah yang ironis ini tidak kunjung mendapatkan titik terang. Artinya di tengah 77 tahun kemerdekaan Indonesia perempuan belum mendapatkan kemerdekaan seutuhnya dalam aspek pendidikan. Keinginan untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya saja masih dihantui dengan stigma masyarakat yang cenderung patriarki dan judgemental.

Perempuan Tidak Boleh Berpendapatan Lebih Banyak dari Laki-laki

Tuntutan bagi perempuan agar berada pada tingkatan yang lebih rendah daripada laki-laki terefleksi dalam aspek ekonomi pula. Perempuan yang mendapatkan gaji lebih banyak dibandingkan laki-laki pun dipermasalahkan. Padahal, hal yang demikian ini sudah sepatutnya disambut baik karena memberikan angin segar kesetaraan upah laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja. Jelas ini menunjukkan adanya kemajuan signifikan. Namun, sayangnya keadaan tersebut seakan dijadikan bumerang bagi perempuan sendiri karena dianggap membuat laki-laki minder dan menjauh. Sekali lagi, perempuan malah dijustifikasi menjadi pihak yang salah karena pencapaiannya yang mengagumkan dalam kariernya.

Pekerjaan Domestik Perempuan Dinilai Rendah

Menjadi perempuan di tengah dominasi masyarakat yang cenderung patriarki akan menempatkan perempuan dalam kondisi yang serba salah. Perempuan berpendapatan tinggi akan dicap membuat laki-laki minder dan sulit dapat jodoh. Sementara itu, perempuan yang menggeluti pekerjaan domestik menjadi ibu rumah tangga dengan pendapatan sangat minim justru dipandang rendah. Padahal, menjadi ibu rumah tangga pun memiliki beban kerja yang signifikan dengan jam kerja yang tidak teratur. Kondisi ini berpotensi untuk memunculkan kondisi yang cukup stressful bagi perempuan.

77 tahun Indonesia merdeka nyatanya belum dapat memunculkan kondisi masyarakat yang ramah dan memerdekakan perempuan. Setidaknya merdeka dari berbagai stigma kurang logis yang menghambat perempuan untuk berkembang sesuai visi dirinya. Stigma tersebut harus dihilangkan dengan menyingkirkan pola pikir sesat bahwa perempuan berada pada tingkatan di bawah laki-laki. Dalam tatanan sosial, idealnya perempuan dan laki-laki adalah setara. Dalam Indonesia yang merdeka sudah sepatutnya perempuan juga merdeka dari berbagai stigma yang mengekang. Dalam kemerdekaan ini, sepantasnya perempuan dan laki-laki tidak mengalami ketimpangan dan saling berdampingan dengan merdeka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun