Mohon tunggu...
Syela RahmaAsifa
Syela RahmaAsifa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hallo gaiiss-!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bingkai Putih

30 September 2022   19:02 Diperbarui: 1 Oktober 2022   13:13 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Minggu pagi yang cerah, ku terbangun dari tidurku yang lelap. Udara pagi yang menusuk kulit dan suara detakan jam mendukung diriku untuk tetap tertidur. Rasanya berat untuk bangun, namun harus kupaksakan. Setelah kesadaranku sudah terkumpul, aku pun melaksanakan sholat shubuh. Setelah sholat, hal yang ku lakukan adalah kembali ke tempat tidurku dan bermain handphone. Waktu menunjukan pukul 07.00 pagi, aku memutuskan untuk mandi. "Mandi pake air apa ya?", ucapku dalam hati. Tak lama aku pun memutuskan untuk mandi menggunakan air dingin. Dingin air mengenai kulitku, tetapi bersamaan dengan itu tubuh dan pikiranku merasa segar. Selesai mandi aku menggunakan pakaianku, lalu menatap diri di cermin. Zettaly Aeera itulah nama lengkapku. Biasanya orang-orang terdekat memanggilku Zetta atau Tata. Aku masih duduk di sekolah menengah atas, hari-hari sekolahku? Tentu saja biasa saja seperti sekolah pada umumnya. Letak sekolahku? Kalian tidak perlu tau letak sekolahku dimana. Oke cukup sampai disini perkenalannya kita kembali ke ceritaku hari ini. 

Aku menatap diriku di cermin dan berfikir, apakah hari ini akan ada hal yang menyenangkan? Kuharap iya. Tak lama dari itu, aku berfikir untuk ke rumah temanku. Aku pun mengambil handphoneku lalu memberi tahu kepada temanku, bahwa aku akan main ke rumahnya. Oh iya,  jika kalian ingin tahu nama temanku adalah Killa, tenang saja dia perempuan. Sayangnya aku dan dia tidak satu sekolah di SMA, tetapi kami satu sekolah di SMP. Sambil menunggu balasan darinya, aku memutuskan untuk membereskan kamarku dan membersihkan rumah. Setelah semuanya bersih, aku mengecek HP-ku dan mendapat balasan dari Killa bahwa dia mengizinkanku main di rumahnya. Aku pun merasa senang dan bergegas bersiap. Setidaknya hari Mingguku ini tidak membosankan.

Saat aku sedang bersiap di depan cermin, tidak sengaja aku melihat sebuah foto di sudut meja riasku. Entah dorongan dari mana rasanya aku ingin mengambil foto itu. Foto yang sangat cantik tersimpan rapih di dalam bingkai putih, yang terkadang membuatku teringat kembali masa lalu. Foto yang mengajarkanku bahwa kehidupan tidak selalu berjalan dengan mulus. Ku ambil foto itu dan memikirkan, apakah ada cara untuk bisa masuk ke foto itu? Yang bisa kulakukan hanya memandangi foto itu dengan perasaan tak karuan. Tetapi perasaan paling besar yang ku rasakan adalah perasaan bahagia saat memandanginya. Cukup lama aku memandangi foto itu dengan tatapan yang aku sendiripun tak mengerti. 

"Zetta...... Zetta, bangun nak. Bukannya kamu ingin ikut ke pasar?" Zetta kecilpun merasa terganggu dengan panggilan ibunya itu. Enggan rasanya bagi Zetta untuk bangun. Rasa kantuk dan dingin yang masih menghantuinya, membuat zetta menarik selimutnya lebih tinggi. Dengan sabar ibu membangunkan Zetta. Karena harus mengejar waktu akhirnya ibu berkata kepada Zetta, jika tidak cepat bangun maka dia akan ditinggalkan. Mendengar hal tetsebut Zetta pun terkesiap, "Ibuu jangan tinggalin Zetta, ini Zetta udah bangun kok. " Zetta pun bergegas bangun dan mengambil handuknya, terpaksa juga dia harus mandi menggunakan air dingin. Selesai mandi dan bersiap Zetta melihat ayah dan ibunya sedang sibuk menyiapkan barang dagangan yang akan dijual di pasar. "Zetta, Adel. Jika kalian sudah selesai bersiap ayo cepat masuk ke dalam mobil." Ucap ibu pada Zetta  dan Adel. Zetta pun mengajak adiknya itu untuk masuk ke dalam mobil. 

Selama diperjalanan Zetta hanya memandang ke luar jendela. Dibukanya jendela itu sambil menikmati udara pagi yang masuk. Hembusan udara seperti menghipnotis Zetta untuk kembali tertidur. Tak sadar Zetta pun terlelap selama perjalanan menuju pasar. "Zetta, ayo bangun kita sudah sampai." Ucap ayah membangunkan Zetta. Zetta terbangun dan ikut turun mengikuti ayahnya. Seperti biasa suasana pasar begitu ramai oleh pedagang. Zetta memperhatikan para pedagang-pedagang yang sibuk menyiapkan lapak untuk berjualan mereka. Begitu juga dengan ayah dan ibunya. Zetta pun ikut membantu kedua orang tuanya itu, hanya hal-hal kecil yg bisa dia bantu. Setelah lapak kedua orang tuanya siap, Zetta pun duduk sambil memandangi keramaian pasar. Tercium harum yang menggoda bagi Zetta. Aroma kue balok yang memenuhi indra penciumannya membuat Zetta lapar. Zetta pun beranjak dari duduknya dan menghampiri ibunya. "Ibu bolehkah Zetta membeli kue balok?" Tanyanya. "Tentu saja." Ucap ibu sambil memberiku uang. "Kue balok!? Adel juga mau kak." Teriak Adel. "Kamu mau? Beli saja sendiri." Ucap Zetta. "Huh kakak jahat, Adel mau beli sendiri saja. Adel akan minta kepada ayah agar dibelikan banyak kue balok." Ucap Adel dengan percaya diri. "Adel pergilah dengan kakakmu, kakakmu hanya bercanda. Zetta ajak adikmu untuk membeli kue balok." Ucap ibu kepada mereka. "Baik ibu. Adel ayo, kalo kamu lama kakak bakal tinggalin nih." Ucap Zetta dengan nada jahil. "Ishh tunggulah sebentar kak." Ucap Adel sambil menggunakan sepatunya.

Zetta dan Adel pun membeli dan memakan kue balok itu bersama. Seiring berjalannya waktu, yang Zetta dan adiknya lakukan hanya duduk, bermain atau membantu kedua orang tuanya. Tetapi hal yang paling menyenangkan bagi Zetta adalah memperhatikan jualan kedua orang tuanya laku terbeli. Kerja keras dan semangat kedua orang tuanya membuat Zetta terkagum dengan mereka. "Zetta ingin seperti ayah dan ibu, mendapat banyak uang lalu zetta akan berikan pada ayah dan ibu." Ucap Zetta dalam hati. Hari sudah mulai siang, para pedagang pun mulai membereskan lapak jualan mereka. Zetta membantu kedua orang tuanya membereskan kembali lapak jualan mereka dan memasukan kembali ke dalam mobil. Setelah semuanya beres ayah Zetta pun berseru "Siapa yang ingin pergi makan-makan!?" Zetta dan Adel pun membalas seruan ayah mereka dengan tak kalah semangat. Begitulah hari-hari Zetta kecil, kebersamaan bersama keluarga yang menyenangkan. 

Tak terasa Zetta telah menduduki bangku SMP. Tidak seperti dulu yang setiap hari Minggu Zetta akan ikut berjualan bersama orang tuanya. Saat itu kedua orang tuanya telah mempunyai ruko untuk toko baju mereka. Selama perjalanan membangun usaha itu , Zetta sangat tahu bagaimana cobaan yang dihadapi orang tuannya. Di masa SMP ini Zetta mulai aktif dengan segala kegiatan. Kebersamaan dengan keluarganya pun mulai berkurang. Di masa SMP ini juga Zetta bertemu dengan dua orang yang menjadi sosok kakak bagi Zetta. Mila dan Tasya, itulah nama mereka. Teh Mila dan Teh Tasya ini sudah seperti tempat curhat bagi Zetta. Bahkan Zetta pun menjadi lebih dekat dengan mereka dibanding dengan keluarganya. Zetta merasa bahwa mereka berdualah sumber kebahagiaannya saat SMP. 

Sebuah kabar bahagia mengejutkan Zetta. Kabar dimana Zetta akan memiliki adik lagi. Tentu saja itu menjadi hal yang Zetta tunggu-tunggu juga. Sepenggal bayangan bagaimana nanti akan ada seorang bayi yang akan mengisi kebahagian di keluarganya. Tetapi tuhan berkehendak lain, Zetta tidak jadi mempunyai seorang adik. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan bahwa ibunya mengalami keguguran. Hal itu membuat satu keluarga dilanda kesedihan. Zetta yang tidak diizinkan oleh ayahnya untuk mengunjungi rumah sakit merasa kesal. Yang bisa Zetta lakukan hanya menunggu kepulangan ibunya dan berdoa semoga ibunya tidak apa-apa. Cukup lama ibunya berada di rumah sakit yang membuat Zetta tambah khawatir. Tak jauh dari itu akhirnya ibu Zetta pun dibolehkan pulang. Waktu demi waktu pun akhirnya mereka bisa merelakan hal tersebut. 

Di masa SMP ini begitu banyak kejutan bagi Zetta. Hal yang bahkan tak pernah terfikirkan oleh Zetta pun terjadi. Setelah beberapa bulan dari kejadian itu, hubungan antara ibu dan ayahnya pun menjadi aneh. Tetapi Zetta menepis semua pikiran itu. Waktu ke waktu juga hubungan kedua orang tuanya menjadi lebih baik. Suatu saat neneknya berkunjung ke rumah keluarga Zetta. Zetta pun mendapat kabar dari ibunya bahwa mereka akan melakukan foto keluarga. Zetta pun tidak bisa ikut karena harus sekolah. Dan akhirnya pun mereka melakukan foto keluarga tanpa Zetta. Zetta pun merasa tak keberatan akan hal itu. Hari-hari berjalan seperti biasa hingga akhirnya Zetta mendapat kabar bahwa Teh Mila dan Teh Tasya akan kembali ke kampung halamannya. Hal itu tentu membuat Zetta sedih, karena tidak ada orang lagi yang akan mendengarkan curhatannya. Tetapi Teh Mila dan Teh Tasya meyakinkan bahwa mereka akan selalu siap mendengar curhatan Zetta. 

Beberapa bulan setelahnya, akhirnya foto keluarga itu jadi. Saat foto itu datang, aku kagum melihatnya. Foto dengan bingkai putih polos tetap memberikan kesan elegan di dalamnya. Tetapi yang membuat Zetta heran adalah foto itu tak pernah dipajang. Zetta pun tak ambil pusing akan hal itu. Karena ada hal yang membuat Zetta khawatir akan keluarganya. Hubungan kedua orang tuanya yang kembali memburuk dan Zetta pun bingung harus seperti apa. Yang bisa Zetta lakukan hanya mengikuti kata-kata kedua orang tuanya. Hingga suatu saat, Zetta mengetahui bahwa kedua orang tuanya telah bercerai. Kedua orang tuanya bercerai tanpa sepengetahuannya dan Zetta pun tak bisa melakukan apa-apa lagi. Suatu hal yang bahkan tak pernah terfikir sedikitpun oleh Zetta yang membuat kehidupannya berubah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun