Mohon tunggu...
Syekh Muchammad Arif
Syekh Muchammad Arif Mohon Tunggu... Konsultan - Menawarkan Wacana dan Gagasan Segar sertaUniversal

syekh muhammad arif adalah motivator dan bergerak di bidang konsultasi pendidikan dan pemerhati sosial dan keagamaan universal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menemukan Sekolah yang Berakal (Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

6 April 2020   12:24 Diperbarui: 6 April 2020   12:40 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan sekolah keliling insan hakim Cirebon, dok. pribadi

Waktu kita mencari sekolah guna mendaftarkan anak kita, kriteria sekolah seperti apa yang kita cari? Seto Mulyadi menyarankan untuk pertama melihat visi dan misi sekolah, apa sesuai dengan pandangan pendidikan di keluarga dan harapan kita sebagai orangtua? 

Visi dalam kamus besar bahasa Indonesia dimaknai sebagai  kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan atau wawasan ke depan; dan kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan. 

Bila suatu sekolah tidak memandang penting pendidikan rasional maka pendidikan rasional tidak akan pernah masuk dalam tujuan utama pendidikan, baik secara eksplisit maupun implisit. 

Visi rumah sakit jiwa (rumah sakit yang khusus merawat orang yang sakit jiwa), misalnya, tidak akan pernah mencantumkan pendidikan rasional karena pasien dan orang yang dimasukkan di situ tidak berakal (tidak rasional) alias memiliki gangguan jiwa (bahkan mungkin sampai pada tahap gila). Rumah sakit jiwa berupaya untuk mengembalikan kesehatan jiwa pasien sehingga proses berpikir dan bernalar kembali secara perlahan.

Umumnya orangtua atau wali siswa menilai sekolah bagus dari sisi memiliki tenaga pengajar yang bagus dan kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah. Di samping itu, nama dan branding "sekolah favorit/unggulan" sering kali juga menjadi pertimbangan utama dalam memilih sekolah.

Sekarang, mari kita buktikan urgensi pendidikan rasional dan mengapa ia mesti menjadi tujuan utama pendidikan.

Akal adalah makhluk Tuhan yang paling dicintai. Akal adalah makhluk Tuhan yang paling penurut. Bahkan akal menjadi tolak ukur diterima-tidaknya ibadah seseorang. Nabi Muhammad saw, guru besar umat Islam bersabda: Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah 70 tahun. Masuk surga dan neraka pun ditentukan oleh sejauhmana seseorang memberdayakan akal atau menonaktifkannya.

Lawan/anonim dari akal adalah jahl (kebodohan). Jadi, jahl anonimnya bukan'ilm (ilmu), tapi 'aql (akal). Sebab, betapa banyak orang, misalnya, mengkonsumsi miras atau narkoba, padahal mereka sangat "alim" terhadap bahaya dan resiko dari kedua hal tersebut. Maka, sejatinya pemabuk dan pemakai narkoba adalah ghairu 'aqil (tidak berakal), meskipun alim.

Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam pendidikan adalah penumbuhan dan penguatan kekuatan akal. Sebab, akal memiliki peran penting dalam menyeimbangkan dan mengkontrol kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu dan mengajak untuk berbuat baik serta terikat dengan akhlak yang terpuji.

Menurut ulama akhlak, setiap hari manusia bertempur dan bergulat dengan hawa nafsunya. Dalam pergulatan batin ini, ada tiga kekuatan yang saling bertarung dan berebut posisi awal, yaitu kekuatan emosi, kekuatan syahwat,dan kekuatan akal.

Akal tidak membunuh dua kompetitornya tersebut tapi menengahinya supaya masing-masing tidak kebablasan (terlewat dari batas atau tujuan yang sudah ditentukan), sehingga syahwat terkontrol dan manusia mencapai tahap 'iffah (kesucian diri) dan amarah terkendali dan insan menggapai jenjang syaja'ah (berani),bukan nekat.

Pendidikan rasional adalah sebuah wawasan baru yang kurang mendapatkan tempat dalam banyak diskursus pendidikan di tanah air.Apa sich pendidikan rasional itu? 

Pendidikan rasional adalah sebuah upaya menciptakan kesempatan/tempat yang layak untuk tumbuhnya kekuatan rasional dalam rangka mencapai kedekatan dengan Tuhan. Pendidikan rasional juga bermakna menciptakan kondisi-kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan kekuatan tafakur pada manusia (siswa).

Pendidikan rasional adalah tujuan utama pendidikan, sehingga pendidikan akal itu begitu penting dan independensi pikiran, bahkan akal dan ta'aqqul (berpikir logis/pemberdayaan nalar) lebih penting daripada ilmu dan ta'allum (proses belajar) itu sendiri.

Jean Jacques Rousseau (1712-1778), filsuf Prancis juga berpandangan bahwa mengantarkan kemampuan individu sampai jenjang tafakur dan ta'aqqul adalah tujuan utama pendidikan dan alam bisa menjadi faktor terpenting dalam mendukung pelaksanaan pendidikan rasional.

Lebih jauh Rousseau menekankan bahwa pendidik hendaknya merangsang anak agar bersemangat mengadakan penelitian mandiri, serta menemukan dan memecahkan persoalan dengan kemampuan budinya. 

Pengetahuan yang bersifat verbalistik dan otoritatif sebaiknya dihindari sebab hal itu akan membuat anak tidak mampu bernalar lagi dan hanya akan dapat "bermain"dengan pendapat-pendapat orang lain.

Makna Akal

Akal berasal dari bahasa Arab yang memiliki kesesuaian dengan kata 'iqal. Dalam bahasa Arab 'iqal bermakna pengikat onta (Ibnu Manzhur). Yaitu pengikat onta yang liar dan memberontak. Oleh karena itu, dinamakan akal karena ia mampu mengekang amarah dan syahwat.

Sedangkan akal secara istilah--menurut Raghib Isfahani--bermakna imsak(menahan) dan kekuatan yang menganalisa  perkara yang baik dan yang buruk dalam kehidupan material dan spiritual lalu ia mengontrol jiwa/nafsu sesuai dengan bimbingan pengetahuan ini. 

Ada juga yang menguraikan bahwa akal merupakan kekuatan yang membagi-bagi dan menganalisa serta membedakan yang mampu merealisasikan antara suatu perkara dan perkara lainnya, yakni menyusun mukadimah-mukadimah logis dan memprediksikan hasil/kesimpulan.Dengan demikian, kinerja akal adalah mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.

Dari pelbagai penjelasan tentang akal di atas dapat disimpulkan bahwa akal di satu sisi mendeteksi mana yang hak dan mana yang batil dan di sisi lain ia mengendalikan amarah dan syahwat (hawa nafsu).

Akal adalah makhluk Tuhan yang paling dicintai. Akal adalah makhluk Tuhan yang paling penurut. Bahkan akal menjadi tolak ukur diterima-tidaknya ibadah seseorang. 

Nabi Muhammad saw, guru besar umat Islam bersabda: Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah 70 tahun. Masuk surga dan neraka pun ditentukan oleh sejauhmana seseorang memberdayakan akal atau menonaktifkannya.

Lawan/anonim dari akal adalah jahl (kebodohan). Jadi, jahl anonimnya bukan'ilm (ilmu), tapi 'aql (akal). Sebab, betapa banyak orang, misalnya, mengkonsumsi miras atau narkoba, padahal mereka sangat "alim" terhadap bahaya dan resiko dari kedua hal tersebut. 

Maka, sejatinya pemabuk dan pemakai narkoba adalah ghairu 'aqil (tidak berakal), meskipun alim.Contoh lain,koruptor itu orang "alim" dan pinter tapi dapat dipastikan bahwa ia orang yang tidak berakal.Sebab,orang yang berakal tidak akan pernah korupsi.

Bersambung...

Syekh Muh. Alcaff, Pendiri Sekolah Keliling Insan Hakim dan Founder Chanel Manazila TV di Youtube

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun