Mohon tunggu...
Fachri Syauqii
Fachri Syauqii Mohon Tunggu... Lainnya - amor fati fatum brutum

seorang penikmat sastra yang terdampar di Sejarah Peradaban Islan UINSU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relasi Agama dan Sains: Reaksi Umat Islam Indonesia di Tengah Waba Covid-19

7 Agustus 2020   23:10 Diperbarui: 7 Agustus 2020   22:57 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak hanya MUI, organisasi keislaman Muhammadiyah juga menerapkan kebijakannya untuk umat Islam di Indonesia dalam menangani wabah Covid-19. Dalam tulisan Ibrahim di laman Muhammadiyah.or.id, ada 3 kebijakan Muhammadiyah dalam menangani wabah Covid-19: pertama, kesiapan fasilitas kesehatan. Dengan membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCC) yang telah dibentuk pada kamis 5 Maret 2020. Kedua, eksekusi lapangan dengan membentuk Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). MDMC melakukan penyemprotan cairan disenfektan di masjid, gereja, dan kampus. Menghimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan dengan memberikan masker dan hand sanitizer kepada masyarakat. Ketiga, bimbingan keagamaan dengan memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tidak memiliki pemahaman neo-jabariyyah yaitu memasrahkan seluruhnya kepada kehendak tuhan, tetapi manusia juga harus diwajibkan untuk berikhtiar dalam menghadapi wabah Covid 19. (Ibrahim, m.muhammadiyah.or.id/id/news-18709-detail--totalitas-muhammadiyah-melawan-pandemi-global.html, akses 29 Juli 2020, 23:30)

Lembaga ormas Islam lainnya yang ikut berperan dalam menangani wabah Covid-19 ialah Nahdlatul Ulama (NU). NU membuka posko-posko di berbagai sekolah, masjid-masjid, dan klinik-klinik untuk membantu daerah yang terkena wabah Covid-19. NU juga membentuk satuan tugas (Satgas) NU peduli Covid-19 yang telah disediakan.

Konsep Teologi Dalam Menyikapi Wabah COVID-19

Selanjutnya, agama juga memiliki peran dalam menghadapi wabah COVID-19. Ajaran Islam juga memiliki cara pandangnya sendiri ketika wabah COVID-19 dinyatakan sebagai virus berbahaya di dunia. Dalam pandangan teologi Jabariyyah, COVID-19 merupakan ketetapan dari Allah kepada umat manusia yang tidak dapat diganggu gugat. Berbeda halnya dengan Qadariyyah yang meyakini ketentuan dari Allah, tetapi manusia masih memiliki bisa berusaha atau ikhtiar.

Dalam konsep Islam, takdir terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubrom yakni takdir yang tidak bisa diubah sama sekali seperti kelahiran dan kematian. Yang kedua adalah takdir mu'alaq yakni takdir yang bisa diubah dengan melakukan ikhtiar, seperti dari bodoh menjadi berilmu dengan pendidikan dan dari miskin menjadi kaya dengan bekerja.

Dalam tulisan Hidayah dengan judul Dari Jabariyah, ke Qadariyah, hingga Islam Progresif: Respons Muslim atas Pandemi COVID-19 di Indonesia, Jika kita melihat respon umat Islam di Indonesia ada tiga sikap yaitu zona ketakutan, zona belajar, dan zona bertumbuh. Zona ketakutan merupakan zona yang enggan dalam mengantisipasi wabah COVID-19, karena hanya Allah yang berhak ditakuti daripada yang lainnya. Selanjutnya zona belajar, yakni zona yang mulai berfikir cara untuk menyikapinya serta tidak termakan berita-berita hoax. Terakhir adalah zona bertumbuh, yakni zona sadar secara kolektif dalam menangani wabah COVID-19 dengan lembaga/instansi yang terpercaya. (Hidayah, Jurnal Salam, 5, Maret 2020: 430)

Jika kita melihat respons umat Islam yang ada di Kota Medan terhadap wabah COVID-19, awal mula masuk kedalam zona ketakutan dengan melakukan kegiatan ibadah di masjid-masjid. Selanjutnya, umat Islam yang ada di Kota Medan mulai menyadari dengan berfikir dan menyaring informasi-informasi terkait wabah COVID-19. Kemudian di bulan Mei tahun 2020 memasuki zona bertumbuh, ormas-ormas yang ada di Kota Medan, baik itu bergerak di bidang keagamaan atau pun kepemudaan, mulai melakukan penyemprotan disenfektan dan penerapan protocol kesehatan di setiap masjid untuk mencegah penyebaran COVID-19. Ada beberapa kelompok moderat yang menerima wabah COVID-19 ini sebagai ulah manusia yang telah merusak alam, kelompok ini masuk pada zona belajar.  

      Apabila melihat dari kedua pandangan teologi Islam, yaitu Jabariyah dan Qodariyah, maka kita akan melihat sifat Jabariyah yang enggan dalam menyikapi wabah COVID-19 dan menerimanya hanya sebatas ketetapan dari Allah. Umat Islam yang memiliki pemahaman Jabariyah tetap akan melakukan kegiatan keagamaan di masjid-masjid, seperti sholat berjamaah, sholat jumah berjamaah, dan sebagainya. Untuk di Kota Medan masih banyak umat Islam yang menganut pemahaman ini.

Sementara untuk pemahaman Qodariyah, kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah masih memiliki ruang ikhtiar bagi manusia. maka, umat Islam yang memiliki pemahaman ini sangat menyikapi kebijakan pemerintah dalam menangani wabah COVID-19 untuk memutus mata rantai penyebarannya. Mereka meyakini bahwa takdir Allah mengenai virus Corona  bisa ditangani dengan berikhtiar.

Islam juga memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi wabah COVID-19, dalam tulisan Supriatna yang berjudul Wabah Corona Virus Disease 19 Dalam Pandangan Islam mengutip dari perkataan Syaikh Prof. Dr. 'Abdurrazaq bin 'Abdil Muhsin Al-'Abbad Al-badr pada 14 Rajab 1441 H/ 09 Maret 2020, saat ini manusia sedang menghadapi wabah virus mematikan yaitu virus Corona. Manusia juga membicarakan cara menghindari virus tersebut. beliau juga mengutip dari beberapa ayat Al-Qur'an tentang cara orang beriman dalam menghadapi wabah COVID-19, yaitu dalam Q.S. 9: 51, Q.S. 64:11 dan Q.S. 57:22. (Supriatna, Jurnal Salam, 6, Mei 2020: 559)

Maka dari itu Islam juga memiliki peran penting dalam menghadapi wabah COVID-19, karena merupakan agama mayoritas di Indonesia. Islam tidak hanya mengatur mengenai konsep dalam beragama, tetapi Islam sangat terbuka dengan ilmu pengetahuan (sains). Meskipun sebagian kalangan berpendapat bahwa COVID-19 merupakan azab yang diturunkan oleh Allah, namun tidak sedikit pula yang berpasrah diri dalam keadaan tersebut, sebagian umat Islam berupaya untuk mencegahnya melalui agama dan sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun