Di tengah perkembangan teknologi dan aplikasi kencan yang mempermudah hubungan kasual, buku ini terasa sangat relevan. Ester tidak hanya membahas seks dari sudut pandang biologis, tetapi juga bagaimana teknologi dan budaya modern membentuk cara kita berelasi. Buku ini menjadi pengingat bahwa di balik kebebasan seksual yang semakin terbuka, edukasi dan tanggung jawab tetap harus menjadi prioritas. Dengan pendekatan yang jujur dan tanpa pretensi, Sebab Kita Semua Gila Seks adalah bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin memahami seksualitas dengan lebih terbuka dan kritis.
BOOK DESCRIPTION
Kenapa kita justru lebih akrab dengan istilah oral sex, sepong, blowjob, masturbasi, atau threesome ketimbang herpes simplex atau smegma? Bisa jadi karena kita kelewat menikmati seks ketimbang memaknainya. Kita melakukan seks tetapi menabukannya.
Perbincangan perihal seks selalu dibalut dengan teks-teks kitab suci atau norma adat yang terkadang membuat kita gagal mendapatkan pengetahuan seks secara maksimal. Kita jadi lebih mengenal seks sebagai peristiwa pemuasan nafsu belaka, bukan lagi peristiwa biologis nan sakral yang tanpanya umat manusia tak mungkin melanjutkan kehidupan.
Sebaiknya kita menormalkan perbincangan mengenai seks sebagaimana pembicaraan mengenai kopi, rokok, dan obrolan-obrolan ringan lainnya. Sebab seks bukan sekadar pertemuan kelamin, melainkan juga hubungan antar manusia yang sakral; dua tubuh menyatu, bergesekan, berpeluh, demi meraih puncak kenikmatan yang setara dengan melihat tuhan. Walaupun tidak bisa ditampik, ada saja orang yang menyamakan seks dengan pakaian-dapat diganti sesuka hati.
Sebab Kita Semua Gila Seks tidak hadir sebagai bacaan serius nan ilmiah yang memaksa pembaca mengerutkan kening. Isinya pengalaman sehari-hari dari peristiwa yang enggan kita bicarakan tetapi sejatinya pernah atau akan kita kerjakan. Tak ada yang ditutupi atau dimanipulasi. Sebab kita semua, tak peduli latar belakang atau penampilan, membutuhkan seks. Mungkin juga menggilainya.
Profil Singkat Ester Pandiangan
Ester Pandiangan adalah seorang penulis dan mantan jurnalis Indonesia yang dikenal dengan karya-karyanya yang membahas tema seks dan seksualitas secara terbuka, sebuah topik yang masih dianggap tabu di masyarakat Indonesia. Latar belakang jurnalistiknya membantu dalam meriset dan menulis buku-buku berbasis pengalaman dan observasi. Ester sering menulis artikel untuk berbagai media, termasuk tentang kesehatan, relasi, dan isu sosial, sebelum fokus pada tema seksualitas yang menjadi passion-nya saat bekerja di sebuah majalah lifestyle. Ia juga aktif sebagai content writer untuk aplikasi kesehatan dan berkontribusi di platform seperti kumparan.com. Ester dikenal berani mengangkat isu sensitif dengan pendekatan yang relatable, mengalir, dan tidak menghakimi, sering kali menggabungkan pengalaman pribadi dengan riset mendalam.
"Menjadi perempuan itu ibarat buah simalakama. Terlalu 'jago' di tempat tidur dibilang pelacur. Ogah oral juga dibilang enggak sayang suami."
- Ester Pandiangan, Sebab Kita Semua Gila Seks
Buku yang Telah Ditulis
Berdasarkan informasi yang tersedia, Ester Pandiangan telah menulis tiga buku yang berfokus pada tema seks dan seksualitas:
Akibat Menabukan Seks (Indie Book Corner, ~2018-2019) Â
Buku ini berisi kumpulan esai pendek yang sebagian besar pernah dimuat di Magdalene (2018-2019). Buku setebal 76 halaman ini membahas tabu seputar seks di Indonesia, termasuk ketimpangan gender dalam persepsi seksualitas, seperti stigma terhadap perempuan yang terbuka soal seks. Meski beberapa esai dianggap kurang relevan dengan tema utama (misalnya tentang Gus Dur atau Jakarta), buku ini dipuji karena gaya penulisan yang mengalir dan cocok dibaca sekali duduk. Â
Sebab Kita Semua Gila Seks (EA Books, 2021, 216 halaman, ISBN: 978-623-94979-7-2) Â
Buku ini mengupas seks sebagai fenomena biologis dan relasional yang sakral, bukan sekadar pemuasan nafsu. Ester mengkritik budaya menabukan seks yang menyebabkan minimnya edukasi seksual, menggunakan pendekatan narasi pengalaman sehari-hari yang ringan namun mendalam. Buku ini ditujukan untuk pembaca 21+ dan menekankan pentingnya menormalkan diskusi tentang seks. Â
Maaf, Orgasme Bukan Hanya Urusan Kelamin (2022) Â
Buku ini membahas orgasme dari sisi relasional, menyoroti bagaimana persepsi laki-laki sering mendominasi diskusi seksual, yang dapat memicu ketimpangan hingga kekerasan dalam hubungan. Ester mengeksplorasi tema ini dengan sudut pandang yang jarang diangkat penulis Indonesia, meski sempat menghadapi stigma dan penolakan dari penerbit karena topiknya yang kontroversial. Buku ini juga dibedah dalam acara Umah Ramah pada 2023. Â