Mohon tunggu...
Syarifudin
Syarifudin Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Blora

Sastra, Film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mak Kelar

1 Februari 2023   13:47 Diperbarui: 1 Februari 2023   13:44 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mak Kelar

Oleh: Syarifudin

Pagi yang cerah, Ali bergegas mengayuh sepedanya dengan sepatu yang sudah enggan berlari karena luka yang hanya terbungkus solasi. Seorang pelajar yang penuh semangat dan pantang menyerah. Anak SMK yang berjuang demi keluarga dan cita-cita. Ali duduk di kelas 11 DKV 3. Di kelas Ali terkenal sebagai siswa yang pandai dan sopan kepada siapapun. Ia selalu ramah dan tidak membeda-bedakan teman. Teman sekelas dibuat takjub karena semangat, pandai, dan kepercayaan diri yang ia miliki.

Hari Kamis, pukul 10.00 WIB, pak Nur mengisi pelajaran Bahasa Indonesia. Kebetulan Pak Nur adalah wali kelas 11 DKV 3 jadi beliau sangat memperhatikan kelas tersebut.

“Ali…..,” Pak Nur mengabsen kelas.

“Ali……Ali….” Pak Nur memanggil untuk kedua kalinya. Tampak kursi Ali kosong. Teman-temannya pun bingung dengan keberadaan Ali.

“Ali kemana ya?” tanya Pak Nur penuh heran.

“Tidak tahu pak,” jawab siswa-siswa heran juga.

“Tadi pagi masuk tidak?” Pak Nur menegaskan pertanyaannya.

“Masuk pak,” jawab siswa-siswa yang masih bingung dengan keberadaan Ali.

Keesokan harinya Ali dipanggil pak Jodi, guru BK kelas 11. Pak Jodi marah dan kecewa pada Ali, pasalnya Ali sebulan terakhir ini sudah tercatat tidak masuk sebanyak 5 kali tanpa keterangan surat izin dan sering terlambat masuk sekolah. Tidak seperti biasanya Ditambah lagi laporan dari Pak Nur bahwa kemarin Ali mbolos pelajaran Bahasa Indonesia. Ali pun menjelaskan kondisinya saat ini. Ia sering tidak masuk sekolah dan membolos kemarin karena harus bekerja mencari uang untuk biaya pengobatan ibunya. Ia terlambat sekolah karena setiap pagi harus menitipkan jajan ke warung-warung untuk tambahan biaya hidupnya. Bapaknya telah tiada jadi kini ia menjadi tulang punggung keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun