Mohon tunggu...
Syarifa Nessa
Syarifa Nessa Mohon Tunggu... Lainnya - Banda Aceh

Tinggal di Banda Aceh, tertarik dengan seni dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Merencanakan Keuangan, Perlukah?

25 April 2020   16:04 Diperbarui: 25 April 2020   15:57 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Ketika kita sakit, rumah sakit menjadi tempat yang dituju dan dokter menjadi orang yang akan ditemui. Namun, keduanya tak perlu dilakukan jika kita mampu menjaga kesehatan dan mencegah penyakit datang.

"Mencegah lebih baik daripada mengobati", begitu bunyi sebuah pepatah.

Filosofi yang sama dapat diterapkan untuk mengendalikan berbagai keputusan keuangan. Jangan sampai pada akhirnya "lebih besar pasak daripada tiang" atau "gali lobang tutup lobang" akibat sana-sini terjerat utang.

"Profesional muda, terkenal, bergaji tinggi, tetapi bangkrut". Jargon itu sering disampaikan Suze Orman, seorang financial planner terkenal dari Amerika. Banyak orang beranggapan, mereka yang bergaji, kondisi keuangannya akan terjamin sehingga dapat hidup sejahtera.

Ironinya, ada banyak sekali kasus disekeliling kita (mungkin termasuk diri kita sendiri) yang meskipun memiliki gaji tetap, pada akhirnya menghadapi berbagai masalah keuangan. Banyaknya permasalahan yang menyangkut pengelolaan kondisi keuangan pribadi dan keluarga disebabkan oleh tidak adanya perencanaan keuangan untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Perencanaan keuangan itu ibarat peta yang memberikan arahan ke suatu tujuan agar tidak salah jalan. Misalnya, mau ke Borobudur, kita tinggal buka peta untuk melihat rutenya. Itu sama saja seperti perencanaan perjalanan.

Kalau mau menyekolahkan anak, kira-kira butuh uang berapa, kalau mau punya bangunan kira-kira seperti apa dan berapa biayanya. Intinya harus punya goal (tujuan) dulu, karena dari goal itu dapat diketahui arahnya kemana.

Nah, yang salah adalah orang yang tidak punya goal, tapi langsung saja membuat petanya. Orang seperti ini tidak akan tiba di tujuannya sampai kapanpun.

Menyusun rencana keuangan tidaklah serumit yang dibayangkan. Empat tahapan berikut dapat menjadi modal dalam menyusun perencanaan keuangan yang baik.

Pertama, tentukan dulu goal-nya; apa yang ingin dicapai/dipenuhi dalam jangka pendek dan jangka panjang (misal: pemenuhan living cost, zakat, pendidikan anak, alat transportasi, rumah, rekreasi, dana pensiun, dan kebutuhan lainnya.

Kedua, lihat kondisi saat ini; artinya, kita harus objektif terhadap kebutuhan yang ingin dipenuhi (misal: sudah tahu gaji level standar, tapi memilih pendidikan anak di sekolah berstandar internasional. Hal ini bukan tidak mungkin akan memicu timbulnya utang).

Ketiga, buat perencanaannya; tahap ini membuat rincian rencana dari tujuan-tujuan umum di atas, dituangkan dalam bentuk draft/tulisan, agar lebih mudah dievaluasi.

Keempat, adalah tahap eksekusi tindakan atas rencana yang sudah matang.

Mungkin Anda bertanya-tanya, siapa saja orang yang memerlukan perencanaan keuangan. Ada dua kategori orang yang butuh, yaitu orang yang punya penghasilan dan orang yang punya tabungan meski tak punya penghasilan.

Apabila Anda adalah salah satu dari dua kategori tersebut, maka Anda butuh perencanaan keuangan. Artinya, sebenarnya semua orang butuh perencanaan keuangan.

Tidak hanya orang yang memiliki aset besar, individu seperti pelajar dan mahasiswa pun membutuhkan perencanaan keuangan yang baik.

Anak kecil yang sudah dapat uang saku, sebenarnya sudah membutuhkan perencanaan keuangan. Misalnya, si anak mau punya sepeda, nah ibunya bisa membantu dengan mengajak menabung hingga akhirnya bisa beli sepeda dari uang jajannya.

Setelah keempat tahap di atas dilakukan, evaluasi merupakan tahapan akhir yang sangat penting perannya. Melalui evaluasi, kita dapat membandingkan tingkat ketercapaian antara rencana dan realisasi sejauh ini.

Terkait periode evaluasi, jika angkanya besar dan untuk jangka panjang, maka dapat dilakukan enam bulan atau setahun sekali.

Tapi, jika angkanya kecil dan jangka waktunya pendek, maka dapat dievaluasi sebulan sekali. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam membuat rencana keuangan.

Penting bagi kita untuk tahu potensi pendapatan dan pengeluaran tiap bulan, serta aset yang dimiliki. Kenali juga karakter kita, karena dari sini kita bisa mengetahui pilihan investasi yang cocok.

Menyusun perencanaan keuangan tidak selalu harus menggunakan jasa seorang perencana keuangan (financial planner). Kalau Anda tidak sempat, bisa menyewa jasa profesional.

Namun, jika ingin membuat sendiri, Anda bisa belajar melalui seminar-seminar financial planning, baca buku dan mengikuti tipsnya di audio.

Membagi porsi setiap kebutuhan pun harus objektif dan realistis. Bagi pengeluaran menjadi kelompok prioritas. Misalnya, 2,5 untuk zakat/infaq/shodaqoh, 12,5 persen pendidikan anak, 10 persen untuk investasi dan tabungan, 10 persen bayar premi asuransi, 15 persen untuk cicilan utang, dan 50 persen lagi untuk biaya hidup. Kekayaan kita dihitung dari 10 persen yang diinvestasi dan tabungan itu.

Membagi porsi setiap kebutuhan pun harus objektif dan realistis. Bagi pengeluaran menjadi kelompok prioritas. Misalnya, 2,5 untuk zakat/infaq/shodaqoh, 12,5 persen pendidikan anak, 10 persen untuk investasi dan tabungan, 10 persen bayar premi asuransi, 15 persen untuk cicilan utang, dan 50 persen lagi untuk biaya hidup. Kekayaan kita dihitung dari 10 persen yang diinvestasi dan tabungan itu.

Dalam hal investasi, kita juga harus memiliki pengetahuan yang cukup. Kita harus kenal dulu alternatif produk investasi. Karena banyak orang dalam hidupnya hanya mengetahui satu tipe investasi, yakni deposito, properti (tanah/gedung), atau emas.

Padahal ada juga investasi saham di pasar modal. Jika kita tahu lebih banyak, maka kita akan punya lebih banyak pilihan investasi. Lalu, kenali tingkat risiko.

Ada yang risiko besar tapi potensi untungnya besar dan sebaliknya. Usia juga menjadi faktor, kalau masih muda ambil yang risiko besar. Tapi, kalau sudah tua jangan ambil yang risikonya besar.

Nah, di akhir rubrik kali ini, saya ingin mengajak sahabat semua untuk lebih aware akan pentingnya merencanakan setiap keputusan keuangan.

Hal ini akan sangat berdampak pada stabilitas keuangan jangka pendek maupun jangka panjang kita. Selain itu, tercapai atau tidaknya suatu tujuan akan sangat ditentukan oleh manajemen keuangan yang tepat oleh diri kita sendiri. Yang paling penting untuk diingat, proses menyusun rencana keuangan ini adalah sebuah siklus yang kontinyu (berkesinambungan), bukan hanya 1 bulan atau 1 tahun.

Oleh karena itu, segera ambil kertas dan buatlah rencana masa depan Anda dengan mengimplementasikan empat tahap di atas.

Selamat mencoba!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun