Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Doa di Dalam Cendol

8 Agustus 2020   13:09 Diperbarui: 8 Agustus 2020   13:12 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alasan apakah yang mendasari Anda untuk melakukan kebaikan kepada orang yang tidak atau baru dikenal. Misalnya anda bertemu dengan seorang tua tengah berjalan terseok-seok, kemudian kamu berhenti dan memberinya tumpangan, alasan apakah sebenarnya menggedor-gedor hatimu sehingga seluruh komponen tubuhmu meng-iya-kan dan mau berbuat yang disebut banyak orang sebagai kebaikan?

Suatu ketika kawan saya naik motor berdua dari magelang pulang ke Jogja. Karena terik matahari yang menyengat mereka berdua mampir ke sebuah warung cendol yang mangkal di pinggir jalan. Mereka memesan dua gelas karena memang mereka hanya berdua, dan alasan sebenarnya karena mereka hanya tinggal mengantongi uang cukup untuk dua gelas itu.

Singkat cerita kawan saya itu ngobrol ngalor ngidul dengan pak Cendol itu, ternyata dia juga memiliki anak seumuran dengan diri kawan saya itu, yang kebetulan sedang mondok di pesantren salaf di Jawa Timur. Kawan saya yang sekarang mondok di Jogja ternyata sebelumnya pernah juga mondok di Jawa Timur, sehingga berbincanglah mereka dengan akrabnya.

Setelah hilang dahaga dan dirasa cukup istirahat di siang panas itu, kawan saya pamitan dan mengulurkan yang dua ribu untuk dua gelas cendol yang diminumnya. Tetapi sebelum pergi pak Cendol mencegahnya dan diminta untuk menunggu sebentar.

Pak Cendol buru-buru membungkus lima gelas cendol dan memberikannya kepada kawan saya, "Ini buat bekal di jalan, dan kalaupun tidak titip buat kawan-kawan anda di pondok."

Dengan kikuk kawan saya menerima bungkusan itu. Seperti mengetahui kebingungan kawan saya, pak Cendol berkata lagi, "saya itu jauh, tidak bisa berbuat baik langsung kepada anak-anak saya. Mungkin dengan berbuat baik disini kepada semua orang, di sana, semoga anak-anak saya juga mendapat perlakuan baik dari semua orang."

Kawan saya masih saja bengong, "kalau saya memberi minum orang di sini, semoga juga Yang Kuasa mewasilahi anak saya agar tidak pernah kehausan di manapun."

Akhirnya kawanku menerimanya dengan senang hati, diiringi doa dalam hati berisi kebaikan sepenuhnya kepada pak Cendol, anak-anaknya, dan seluruh keluarga dan orang-orang yang dikenal dan mengenalnya. "Semoga ini menjadi bagian satu lingkaran yang menyambungkan bagian satu dengan bagian yang lain." Bisik kawan saya dalam hatinya.

Sesampainya di pondok, lima bungkus cendol itu dibagikan, satu bungkus untuk tiga orang, dan saya termasuk salah satunya, tentu sebelumnya kawan saya itu telah menceritakan bagaimana cendol-cendol itu bisa sampai di mulut kami. Tanpa sadar, kawan saya yang lain berucap, "sekarang lingkaran itu telah penuh, dan akan membentuk lingkaran-lingkaran baru."

Lain halnya kisah di Semarang. Seseorang telah mengantarkan kue tasyakuran ke rumah kakak saya. Setelah di terima dia mendahului kakak saya untuk berucap terima kasih. Berterima kasih karena kakak saya telah menjadi wasilah baginya untuk bisa berbuat baik.

Jadilah tamu itu yang datang membawakan makanan dan dia pula yang beterima kasih kepada orang yang diberinya. Tidak ada jawaban lain dari kakak saya selain mengucapkan "terimakasih juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun