Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita dan "Kewanitaannya"

28 Juli 2020   06:58 Diperbarui: 28 Juli 2020   07:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak akan ada yang menyangkal bahwa wanita sejak dahulu sampai saat ini memiliki peran yang besar dalam pembangunan. Pada masa perjuangan, wanita mendukung penuh para pejuang melawan penjajah dari belakang, berupa menyediakan perbekalan dan menjaga keluarga dan harta benda di rumah. Selain itu ada juga yang ikut turun langsung dalam pertempuran senjata. 

Setelah masa kemerdekaan, wanita banyak yang melanjutkan kiprahnya dalam keluarga dengan mengambil peran reproduksi (domestik). Peran publik banyak dilakukan para suami mereka dan para wanita melakukan tugas rumah tangga dari mendidik anak, dan sampai memasak. 

Tetapi ada juga wanita yang memilih bekerja dalam ranah publik, menjadi pegawai pemerintah, pejabat atau hanya sekedar karyawan suatu perusahaan. Namun jumlah mereka jauh lebih kecil dari jumlah wanita keseluruhan.

Akan tetapi, peran besar wanita di wilayah domestik, tidak mendapat penghargaan yang semestinya. Tampak sekali banyaknya tindak kekerasan rumah tangga yang dilakukan kaum pria, ketika wanita sedikit saja melakukan kesalahan dalam tugasnya. Pengahargaan itu juga tidak pernah diterima oleh wanita dari masyarakat luas, karena perannya yang hanya dalam lingkup keluarga saja. 

Masyarakat cenderung hanya memberikan penghargaan kepada pihak-pihak yang bekerja dalam wilayah publik. Sehingga wanita yang hebat adalah wanita yang bisa berperan sebagai pimpinan darma wanita, wanita yang hebat adalah wanita yang bisa menjadi pejabat, wanita yang hebat adalah wanita yang menjadi pegawai dan seterusnya. Wanita yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, tidak pernah mendapat penghargaan.

Dari pemaparan di atas, setidaknya dapat kita peroleh tiga kesimpulan awal, pertama, wanita memiliki peran besar dan penting dalam keluarga. Kedua, wanita kurang mendapat pengahargaan atas peran besarnya dalam keluarga, dan ketiga, penghargaan kepada wanita cenderung diberikan kepada mereka yang mampu berperan dalam ranah publik saja.

Arah Pembangunan Wanita
Seorang penulis terkenal dari Amerika keturunan India bernama Dinesh D'Souza pernah mengkritik para aktivis wanita, dia menyatakan bahwa kesalahan para aktifivis wanita adalah menganggap bahwa dunia kerja di sektor publik lebih mulia dan lebih pantas dilakukan oleh wanita, dibandingkan dengan hanya bekerja di rumah (keluarga) saja. 

Mereka secara tidak langsung juga telah membuat standar kesuksesan wanita, bahwa mereka dianggap sukses ketika mampu bersaing dan setara dengan kaum pria di dunia kerja. Adanya standarisasi ini secara tidak langsung merupakan sebuah tindakan pembuatan stigma buruk dan tidak adil terhadap wanita yang bekerja dalam keluarga.

Sementara itu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono, dalam sautu kesempatan menyatakan, "Tanpa pemberdayaan perempuan, pembangunan tidak akan bermakna karena separuh penduduk Indonesia adalah perempuan. Oleh sebab itu, pemerintah daerah berkewajiban memberdayakan perempuan sebagai komitmen nasional karena perempuan adalah bagian dari ketahanan nasional."

Dengan dasar jumlah penduduk wanita lebih banyak dari pria, pembangunan diorientasikan pada peningkatan peran wanita dalam wilayah publik dan pengambilan kebijakan. Oleh karena itulah, hampir di semua instansi pemerintah dari tingkat desa sampai DPR harus menyediakan akses kepada peran wanita. Tidak bisa dipungkiri bahwa arah pembangunan yang adil gender adalah memberikan peluang seluas-luasnya bagi wanita untuk mengaktualisasikan diri di wilayah publik.

Dengan dibukanya akses publik untuk kaum wanita, diharapkan stereotype masyarakat terhadap wanita akan hilang. Selain itu juga akan mengangkat derajat wanita setara dengan pria. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun