Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Boarding School itu Mendidik Anak Sesuai Fitrahnya

25 Juli 2016   22:26 Diperbarui: 25 Juli 2016   23:00 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maaf nih, ayah dan bunda. Apakah kalian sudah mendidik anak sesuai fitrahnya? Ayah bunda tahu gak fitrah anak itu apa?

Biar ayah bunda tahu saja ya. Ada anak tetangga saya. Tinggal di kota atau berasal dari ekonomi yang cukup. Tapi di mata saya, anak 14 tahun itu sepertinya mengalami "defisit nurani". Anaknya lumayan tampan, cerdas, jago ngomong. Ideal banget buat orang tua. Sesuai harapan orang tua pada umumnya, punya anak cakep, pintar dan jago ngomong. Tapi sayang ayah bunda, si anak itu juga pandai berbohong, demanding, sangat manipulatif dan tak punya rasa bersalah sama sekali. Kalo kata saya, mirip sama politikus cilik deh.

Kok bisa sih anak ayah bunda, si anak mengalami krisis nurani?

Setelah saya cari tahu dan karena orang tuanya bertanya ke saya. Dapat disimpulkan, karena si anak "hidupnya" selalu disanjung, dibanggain sama orang tuanya, bahkan selalu dibenarkan dalam urusan apapun. Gak pernah dimarahi dan gak pernah mendengar kata “Jangan". Mungkin juga karena ajaran ayah bunda yang pintar dalam ilmu parenting sehingga melarang ayah bunda untuk berkata “Jangan” pada buah hati. Ayah bunda emang hebat.

Tapi sekarang si ortu anak tersebut, notabene tetangga saya mulai kesel dan sering mengeluh tentang anaknya. Karena pandai berbohong, demanding, sangat manipulatif. Gak punya rasa bersalah sama sekali, dalam hal apapun. Mungkin sering dimanjain. Cerdas sih tapi begitu deh...

Saya sempat tanya, anak Bapak ilmu agamanya gimana? Jawab tetangga saya, biasa saja. Sesuai yang dari sekolah aja belajar agamanya. Saya cuma diam, gak tahu apa artinya ilmu agama "biasa saja". Tolong dong kasih tahu saya kalo ada yang bisa jelasin.

Buat saya. Anak itu sungguh telah dididik tidak sesuai dengan fitrahnya. Mungkin justru dididik sesuai fitrah orang tuanya. Sehingga wajar kalo anaknya kini, ngeselin bahkan ngerepotin orang tua. Bisa jadi, anak ini bisa tumbuh jadi anak berbiaya mahal. Gak bisa hidup prihatin lagi. Mengerikan sekali. Karena kita lupa bahwa uang, harta atau kekayaan itu cuma amanah Allah. Mudah untuk dikurangi, mudah ditambahin. Asal Allah berkehendak.

Ayah bunda, kita tahu belajar itu sangat mulia. Tapi jangan sampai ilmu membuat kita jadi begitu akademis dan teoritis. Pendidikan juuga butuh nurani, naluri, intuisi dan fitrah? Gak sepenuhnya rasional itu benar. Kadang anak-anak pun perlu diajari untuk “lebih mendengar” hati nurani. Suara-suara yang kadang mombolehkkan jengkel, marah atau melarang. Biar seimbang saja.

Nah, jadi mendidik anak itu sesuai fitrahnya gimana? Fitrah itu buat ayah bunda harusnya:

  • Fitrah itu sadar sebagai ciptaan Allah. Maka naluri agama harus lebih kuat daripada naluri duniawi. Di sini lingkugan anak memegang peran penting.
  • Fitrah itu potensi. Potensi untuk menjadi baik atau buruk. Maka anak perlu diarahkkan, dididik dengan benar agar potensi baik ada dalam diri anak.
  • Fitrah itu cenderung netral. Bisa melihat segala hal dalam hidup secara objektif, baik dari internal maupun eksterna.

Pertanyaannya, di mana ada pendidikan yang sesuai fitrah anak?

Maaf ya, saya memang bukan ahlli pendidikan. Tapi setelah melihat secara langsung model pendidikan Boarding School, sekolah ber-asrama; itulah tempat yang ideal buat ayah bunda. Karena di boarding school, bukan hanya pendidikan berbasis kemandirian yang diterapkan. Tapi juga mereka diajari untuk menghindari dikotomi keilmuan, antara ilmu agama dan ilmu umum. Mereka dididik untuk punya IPTEK dan IMTAK yang seimbang. Anak saya Farid Nabil Elsyarif, kebetulan baru saja diterima di SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School (CMBBS) Pandeglang. Di situ saya melihat sendiri, anak-anak yang punya kegiatan belajar dan asrama yang padat, dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 22.00 WIB. Setiap bertemu ayah bunda siapapun menyapa Assalamualaikum. Mencuci baju sendiri, mencuci piring sesuai makan sendiri. Hidup tanpa HP, tanpa televisi, tanpa laptop. Tidak boleh pakai baju lengan pendek, tidak boleh pakai jeans. Bahkan di hari libur Minggu, mereka berada di Masjid untuk mengaji agar hafal Al Qur'an. Semua itu inisiatif mereka sendiri, sesuai potensi yang dimiliki masing-masing anak sebagai fitrahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun