Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Penelitian Dana Pensiun Terbaru: Tingkat Penghasilan Pensiun Pekerja dan Optimalisasi Dana Pensiun Swasta di Indonesia

5 Mei 2025   08:32 Diperbarui: 5 Mei 2025   08:43 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penellitian dana pensiun tentang tingkat penghasilan pensiun (Sumber: Pribadi)

Harus diakui, tidak banyak penelitian dana pensiun yang dilakukan di Indonesia. Bisa jadi, hal ini menjadi sebab penetrasi dana pensiun kurang optimal di kalangan pekerja dan masyarakat Indonesia. Selain berdasarkan fakta, sudah saatnya industri dana pensiun menjadikan hasil penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan kepesertaan dan asset kelolaan industri dana pensiun. Menjadikan data dan riset sebagai basis pengembangan dana pensiun.

Salah satu penelitian dana pensiun telah terbit berjudul "Analisis Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP) Pekerja dan Faktor yang Mempengaruhinya Serta Optimalisasi Peran Dana Pensiun Swasta di Indonesia" yang dilakukan oleh Syarifudin Yunus, dosen Universitas Indraprasta PGRI dan edukator dana pensiun dari DPLK SAM (Sinarmas Asset Management), yangterbit pada 3 Mei 2025 di Lokawati  (Jurnal Penelitian Manajemen dan Inovasi Riset).

Hasil penelitian Syarifudin Yunus menyimpulkan bahwa Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP) yang diterima pekerja saat pensiun hanya 10% dari gaji terakhir yang diperoleh dari program pensiun wajib, terjadi penurunan penghasilan sebesar 90% dari gaji terakhir saat masih bekerja. Kebutuhan biaya hidup bulanan pensiunan di masa pensiun (makan, belanja bulanan, biaya air - listrik, internet, gaya hidup, asuransi kesehatan, dan lain-lain) diperoleh data sebesar Rp5.600.000,- atau setara 56% dari gaji terakhir per bulan. Maka secara aktual, tingkat penghasilan pensiun (TPP) pensiunan di Indonesia terjadi kesenjangan sebesar Rp4.600.000,- atau kurang 46% dari gaji terakhir per bulan. Kondisi ini menjadi penyebab pensiunan gagal mempertahankan standar hidup di hari tua, di samping mengalami masalah keuangan di masa pensiun.  

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya TPP seseorang terdiri dari: 1) jenis pekerjaan, 2) program pensiun yang diikuti, 3) masa kerja dan besaran gaji, 4) tingkat return investasi dari program pensiun, 5) regulasi pemerintah, 6) faktor ekonomi makro dan inflasi, 7) kondisi kesehatan pensiunan, 8) tanggung jawab keluarga, dan 9) edukasi dana pensiun sangat menentukan besar kecilnya tingkat penghasilan pensiun. Oleh karena itu, optimalisasi dana pensiun swasta penting dilakukan dalam meningkatkan TPP sebagai jaminan penghasilan di masa pensiun dan menciptakan kemandirian finansial di hari tua, di samping peningkatan kualitas hidup.

Untuk itu, dana pensiun swasta, harus dikelola secara lebih optimal untuk meraih kinerja investasi yang signifikan, meningkatkan literasi dana pensiun, menyasar pekerja formal dan informal serta diversifikasi produk dan layanan yang memadai melalui digitalisasi akses dan layanan dana pensiun untuk mendorong kepesertaan dana pensiun swasta yang tumbuh secara signifikan. Tingkat Penghasilan Pensiun atau replacement ratio adalah besaran persentase dari gaji terakhir yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan gaya hidupnya di masa pensiun. Idealnya, TPP berada di kisaran 70%-80% dari gaji terakhir untuk memastikan kesejahteraan finansial. Namun, banyak pekerja di Indonesia yang belum mencapai angka tersebut, karena TPP aktual hanya sekitar 10% dari gaji terakhir, yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa pensiun.

"Cukup mengenaskan sih, tingkat penghasilan pensiun orang Indonesia hanya 10% dari gaji terakhir. Saat kerja berjaya tapi begitu pensiun merana. Harusnya siapkan dana pensiun sejak dini" ujar Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun saat merilis hasil penelitiannya.

Secara lebih lengkap tentang hasil penelitian terbaru tentang "Analisis Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP) Pekerja dan Faktor yang Mempengaruhinya Serta Optimalisasi Peran Dana Pensiun Swasta di Indonesia" yang dilakukan Syarifudin Yunus, dapat disimak melalui link berikut: https://journal.arimbi.or.id/index.php/Lokawati/article/view/1709.

Terbukti, kesiapan finansial pekerja atau masyarakat Indonesia saat menghadapi masa pensiun tergolong rendah. Beberapa fakta yang menggambarkan rendahnya kesiapan pensiun antara lain: 1) mayoritas pekerja tidak siap pensiun, 2) kurangnya tabungan pensiun, 3) literasi keuangan rendah, 4) inflasi dan biaya hidup, dan 5) kesenjangan tingkat penghasilan pensiun.  Maka untuk meningkatkan kesiapan finansial di masa pensiun, pekerja atau masyarakat perlu mulai menabung sejak dini untuk hari tua, meningkatkan literasi keuangan khususnya dana pensiun, dan memanfaatkan program pensiun seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) sebagai program kesinambungan penghasilan di masa pensiun.

Mungkin, sudah saatnya penelitian dana pensiun diperbanyak, di samping mengembangkan oenetrasi bisnis dana pensiun berbasis riset dan data. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #PenelitiDanaPensiiun

Penelitia dana pensiun (Sumber:Prinadi)
Penelitia dana pensiun (Sumber:Prinadi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun