Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Dermawan, Antara Perdebatan dan Perbuatan

30 Maret 2025   08:23 Diperbarui: 30 Maret 2025   08:23 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santunan anak yatim, jompo dan janda (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Mungkin saat ini, membangun sikap kedermawanan atau kemurahan hati kepada sesama bukan hal yang mudah. Selain banyak alasan untuk tidak bisa bertindak dermawan, selalu ada pro kontra soal sikap dermawan. Akhirnya, dermawan hanya tinggal kata-kata dan selalu diperdebatkan hingga lupa dipraktikkan.

Terlepas dari perdebatan soal sikap dermawan. Dermawan itu sifat dan perilaku yang dimiliki seseorang yang suka beramal, bersedekah, dan memberikan sebagian harta yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain tanpa paksaan. Tentu kedermawanan harus dilandasi rasa ikhlas dalam bersedekah, tidak mengharapkan imbalan, dan mau menyalurkan harta di jalan Allah. Selain menjadi realisasi sikap menghargai saudara yang kurang mampu dan wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah, sikap dermawan menjadi bukti nyata mencintai sesama manusia atas dasar kemanusiaan.

Spirit kedermawanan adalah mau menolong orang lain dengan menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya dalam perbuatan baik dan menebar manfaat. Bisa jadi, sikap dermawan semakin langka di zaman now. Padahal, sikap dermawan sejatinya dapat membersihkan jiwa dan memperkuat hubungan antar manusia. Siap dermawan pun mampu menyingkirkan egoisme dan membuang kepentingan diri sendiri yang berlebihan. Menjadi lebih murah hati kepada sesama. 

Tentu saja, kedermawanan tidak akan membuat seseorang kekurangan. Justru, memberi bisa memperkaya batin, mempererat hubungan sosial, dan membawa kebahagiaan baik bagi pemberi maupun penerima. Siap dermawan atau murah hati, sejatinya mencerminkan keyakinan bahwa kemurahan hati dan kebaikan tidak bergantung pada kondisi materi. Memberi tidak selalu berupa harta; bisa juga dalam bentuk perhatian, kasih sayang, atau dukungan emosional.

Prinsip kedermawanan atau murah hati itulah yang selalu dipelihara di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Berderma dengan menyediakan tempat membaca ratusan anak-anak usia sekolah, mengajar calistung puluhan anak-anak kelas prasekolah, memberantas buta aksara kaum ibu, dan menjalankan motor baca keliling ke kampung-kampung yang tidak punya akses membaca. Bahkan secara rutin, bersedekah untuk anak-anak yatim, kaum jompo, dan janda sebagai wujud kepedulian sosial, seperti yang dilakukan jelang lebaran memberi santunan yatim, jompo dan janda (29/3/2025). Taman bacaan yang dijadikan ladang amal semua orang sekaligus melatih sikap dermawan secara konkret, tanpa perlu perdebatan.

Karena sesungguhnya, kekayaan sejati bukan hanya diukur dari kepemilikan materi, tetapi juga dari nilai-nilai kemanusiaan. Semakin banyak seseorang memberi dengan ikhlas, semakin kaya pula hatinya. Praktikan sikap dermawan, jangan hanya diperdebatkan. Uang niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun