Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Sekolah Anak hingga Hari Tua Nggak Jelas, Problematika Buruh di Indonesia

1 Mei 2024   09:31 Diperbarui: 1 Mei 2024   09:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TribunNews.com

Bila datanya belum berunah, sekarang ini setidaknya ada 140-an juta buruh atau pekerja di Indonesia. Porsinya, 60% ada di sektor informal dan 40% di sektor formal. Saya juga masih jadi buruh. Bisa jadi, ratusan juta orang yang mudik atau pulang kampung saat lebaran pun statusnya buruh. Dan sebagian besar buruh hari ini, pasti merasakan dampak mahalnya sembako.

Negara atau pemerintah harus tahu. Kebijakan apapun yang dibuat pasti punya dampak terhadap buruh. Khususnya secara ekonomi, maka negara harus hati-hati. Janga nasal-asalan bikin regulasi bila akhirnya menambah sengsara kaum buruh. Negara harus tahu, buruh itu bekerja bukan untuk kaya atau mengumpulkan harta. Tapi bekerja untuk aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menafkahi keluarganya. Hanya sesederhana itu buruh memandang pekerjaan.

Tiap tanggal 1 Mei yang diperingati sebagai Hari Buruh atau May Day, kenapa buruh selalu demo? Karena buruh punya problem atau masalah yang tidak kunjung diselesaikan. Karena hari ini, sekalipun katanya zaman sudah serba digital atau canggih, ratusan juta buruh di Indonesia masih tetap dihantui problematika yang klasik. Setidaknya problematika buruh di Indonesia yang krusial adalah:

1. Masalah upah atau gaji yang masih terlalu kecil sehingga buruh gagal memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri, sulit memenuhi kebutuhan sekolah anak apalagi keluarganya.

2. Masalah status buruhnya yang dari dulu hingga hingga kini masih begitu-begitu saja.

3. Masalah pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup yang bukannya makin sejahtera malah makin bermasalah akibat biaya hidupn dan kebutuhan pokok yang kian mahal.

4. Masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sering semena-menqa dilakukan pemberi kerja atau pengusaha.

5. Masalah uang lembur dan tunjangan kesehatan yang tidak memadai sehingga membuat ekonomi buruh turun drastic bila anggota keluarganya sakit atau membutuhkan biaya kesehatan yang besar.

6Masalah hari tua atau pensiun yang sama sekali tidak punya kesiapan karena uapah atau gaji selalu habis untuk memenuhi biaya hidup. Maka wajar, 9 dari 10 buruh di Indonesia sama sekali tidak siap pensiun atau berhenti bekerja.

Atas masalah-masalah yang dihadapi buruh di atas, negara atau pemberi kerja sepatutnya tidak boleh bertindak semena-mena terhadap buruh. Bila belum mampu memperbaiki nasib atau menyejahterakan kaum buruh sebaiknya jangan membuat kebijakan yang menyusahkan buruh. Di mata buruh, tidak ada pekerjaan yang tetap atau permanen. Karena kapan pun, buruh nasibnya tergantung "majikan". Bila terpaksa berhenti atau diberhentikan dari pekerjaan pun, buruh hanya bisa pasrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun