Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kafe Saja Perlu Brand Awareness dan Kolaborasi, Apalagi Taman Bacaan

31 Mei 2023   06:53 Diperbarui: 31 Mei 2023   08:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Brand awareness atau kesadaran merek di mana pun sangat penting. Perusahaan, organisasi maupun taman bacaan harus membangun brand awareness. Karena brand atau merek yang baik akan membuat siapapun lebih bersemangat, di samping menjadi bukti proses yang efektif. Sehingga mampu menarik perhatian publik atau "calon konsumen". Begitulah brand awareness bekerja untuk suatu organisasi. Kafe-kafe saja perlu brand awareness, apalagi taman bacaan.

Sebagai bagian dari memperkuat brand awareness dan kepedulian sosial itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor mendapat liputan gratis dari MNC Media (RCTI, iNews, MNC TV) saat event MNC Peduli donasi buku bacaan saat peringatan Hari Buku Nasional tahun 2023 ini. 

Tayang di RCTI bertajuk "Salurkan Bantuan Buku Bacaan untuk Syarifudin Pemilik MOBAKE" dan iNews berjudul "Salurkan Buku Bacaan di Perpustakaan Daerah Warung Loa, Kecamatan Tamansari, Bogor" kian memperkuat brand awareness taman bacaan, di samping membangun kesadaran pentingnya peduli sosial terhadap aktivitas taman bacaan dan gerakan literasi.

Pentingnya brand awareness di taman bacaan, tentu bertujuan untk menumbuhkan kepercayaan publik terhadap aktivitas taman bacaan yang aktif dan berkelanjutan. Sehingga pada akhirnya, brand awareness di taman bacaan akan memperkuat 1) brand recognition (pengenalan merek) dan 2) brand recall (ingatan tentang merek) terkait taman bacaan. Sebut saja, taman bacaan yang lebih dikenal masyarakat.

Suka tidak suka, membangun brand awareness di taman bacaan sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kolaborasi. Melalui kolaborasi, taman bacaan dapat bersinergi dengan berbagai pihak dalam berkegiatan seperti event CSR, bakti sosial, donasi buku di taman bacaan. 

Di era yang terbuka dan media sosial seperti sekarang, kolaborasi menjadi kata kunci penting yang dapat memastikan taman bacaan tetap eksis dan bertahan di tengah gempuran era digital. Karena kolaborasi, taman bacaan dapat melakukan banyak hal. Bahkan lebih dari itu, kolaborasi jadi sebab taman bacaan tahu lebih banyak daripada yang diketahuinya sendiri.

Melalui brand awareness yang kokoh, siapapun dan taman bacaan tidak lagi fokus pada rendahnya minat baca. Tapi berjuang keras untuk menyediakan akes bacaan. Sehingga yang dipersoalkan bukan minat bacanya melainkan akses bacaannya. Karena gerakan literasi dan taman bacaan di manapun sudah saatnya berhenti menginterupsi soal minat baca. Tapi lebih banyak berbuat untuk sediakan akses bacaan sehingga minat baca datang dengan sendirinya. Percayalah, tidak ada minat baca tanpa akses bacaan.

Memang benar, taman bacaan bukan lembaga bisnis, Tapi bukan berarti tidak boleh memperkuat merek-nya di publik. Sebagai aktivitas sosial dan gerakan kewargaaan, taman bacaan harus memperkuat merek atau brand awareness-nya. Agar dikenal publik dan diketahui aktivitas serta manfaatnya. 

Karena itu, untuk memperkuat merek atau brand awareness taman bacaan sangat dibutuhkan: 1) komitmen sepenuh hati, 2) konsistensi berkegiatan, 3) kolaborasi dengan berbagai pihak, 4) promosi tiada henti, dan 5) aktivitas yang berkelanjutan. Apalagi di era digital seperti sekarang, taman bacaan harus tegas berprinsip "konten adalah api, media sosial adalah bensin".

Pada akhirnya, brand awareness atau merek taman bacaan itulah yang bekerja untuk memanggil anaj-anak yang membaca, warga yang terlibat, relawan yang mengabdi, donatur yang datang, dan geliat taman bacaan selalu terjadi, kapan pun dan di manapun. Karena publik hari ini sangat objektif, mana taman bacaan yang "berisi" bukan sekadar "bungkus".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun