Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tingkat Literasi Rendah Sering Terjadi di Media Sosial dan Taman Bacaan

27 November 2022   06:34 Diperbarui: 27 November 2022   06:48 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Seringkali terjadi di dekat kita, di media sosial bahkan di taman bacaan. Orang-orang yang merasa benar, merasa hebat. Hingga lisan dan jari-jemarinya menyakiti sesamanya. Berprasangka buruk, lalu menghakimi orang lain. Mikirnya kelebihan, omongannya kebanyakan. Tapi eksekusi dan akhlak baiknya hilang. Sebut saja , kaum yang tingkat literasinya rendah.

Orang yang jarang baca. Begitu mudah berkata, "kok di zaman digital begini masih mau baca buku manual, buat apa?" Masih ada ya anak-anak yang mau baca buku.

Orang yang tidak tahu berbuat sosial. Begitu mudah berkata, "untuk apa sih bikin taman bacaan, emang buku bisa bikin kaya?" Zaman begini mah butuh uang bukan buku bacaan.

Orang yang tidak pernah injak kaki di taman bacaan. Begitu mudah berkata, "ahh Cuma bimbing anak membaca mah gampang" Apa sih susahnya mengelola taman bacaan.

Mereka yang belum pernah diuji dengan kemiskinan. Begitu mudah berkata, "makanya kerja keras biar uangnya banyak". Seolah-olah orang lain tidak kerja keras.

Mereka yang tidak pernah memimpin. Begitu mudah berkata, "nggak becu banget tuh orang jadi pemimpin". Urusan begitu doang mah gampang, nggak butuh sekolah tinggi.

Mereka yang tidak pernah diuji sulitnya mendapat keturunan. Begitu mudah berkata, "mandul kali ya, mungkin karena banyak dosanya ya". Seolah-olah urusan anak dianggap urusan akal, bukan Tuhan.

Tingkat literasi yang rendah, sering terjadi di media sosial bahkan di taman bacaan. Terlalu percaya pada otak. Lalu gampang berprasangka, menuduh, dan menghakimi orang lain. Susah menahan diri dan bersikap bijak terhadap realitas. Lupa, bahwa dalam kehidupan di dunia yang sementara. Ada Tuhan yang membiarkan semuanya terjadi. Sebagai proses pembelajaran dan untuk diambil hikmahnya.

Sahabat literasi, bila siapapun belum pernah diuji dengan kesulitan atau apapun, Maka bersyukurlah. Caranya perbaiki niat baguskan ikhtiar. Dan tetap berserah diri kepada Tuhan. Agar lisan dan jari-jemarimu terjaga. Untuk tidak menyinggung atau menyakiti orang lain.

Memang susah, tetap istikomah dalam kebaikan. Tetap tawadhu dalam kondisi apapun. Jangan terlalu mudah berprasangka atau menuduh orang lain. Karena siapapun, tidak ada yang tahu . Tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari, termasuk untuk diri Anda sendiri. Karena takdir-Nya, bisa saja tiba-tiba berubah dan terjadi pada siapapun. Terkadang, tidak sesuai dengan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun