Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kamu Hanya Kurang Tenang, Kenapa?

31 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 31 Agustus 2022   08:07 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Apa yang dirasakan saat meneguk secangkir kopi pagi?

Selain memberi kehangatan, kopi pagi pun menghadirkan ketenangan. Hingga hilang rasa pahit yang ada di dalamnya. Maka jadilah tenang, tidak usah berisik.

Tenang itu penting, bahkan tenang pun ciri orang literat. Karena zaman begini, banyak orang yang sudah tenang. Terlalu berisik, gerabak-gerubuk. Apa saja dikeluhkan, apa saja diomongin. Akhirnya, ribet sendiri. BBM belum naik sudah komplain, pilpres masih lama sudah berisik sana gaduh sini. Orang-orang yang tidak tenang. Terlalu banyak obsesi. Bahkan mungkin, terlalu banyak benci.

Di muka bumi ini, orang pintar itu banyak. Orang intelek bahkan ada di aman-aman. Hanya saja, tidak banyak dari mereka yang tenang. Dalam banyak urusan, terlihat jelas banyak orang tidak tenang. Terlalu fokus pada masalah, bukan pada solusi. Seperti yang dilakukan Pak Irjen FS dan rekan-rekan. Bila ada masalah, kenapa harus membunuh?

Maka tenanglah dalam hidup. Karena tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Semua yang terjadi itu sudah dalam kehendak-Nya. Hadapi dengan tenang dan ikhlas. Insya Allah, tuntas. Lupa ya, sikap tenang itu obat terbaik untuk tubuh dan pikiran yang gelisah.

Tenang itu diam. Tidak gundah, bahkan tidak perlu gaduh. Hanya orang tenang yang fokus pada hal-hal yang baik. Tetap bersikap dan berperilaku positif. Membiarkan orang-orang yang benci, mengabaikan orang-orang yang gemar bergibah. Toh hukumnya sederhana, apa yang diperbuat maka itulah yang akan dipanen. Berbuat jahat maka kejahatan pula yang akan dialaminya.

Tenang, itulah spirit pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Apapun kondisinya tetap tenang. Ada anak yang dilarang membaca oleh orang tuanya, ada anak yang hanya main di taman bacaan. Bahkan ada yang membaca dengan tekun. Semua dihadapi dengan tenang. Karena sikap tenang, memang tidak ada batasnya. Di taman bacaan, siapa pun butuh ketenangan di samping kesungguhan.

Jadi, tenang saja dalam hidup. Sama sekali tidak perlu mencari jeleknya orang lain. Tidak ada guna mengumpulkan aib orang lain. Apalagi mencaci-maki bangsa dan pemimpinnya sendiri. Bila ada yang salah ya perbaiki, bila ada yang kurang ya lengkapi. Bahkan bila berbeda pendapat pun ya hindari. Tidak sah memaksa siapa pun untuk menerima pendapat kita. Jadi, tenang saja dalam keadaan apapun.

Rumus orang tenang itu sederhana. Bila kamu ingin bangsa ini lebih baik. Bila ingin orang lain menjadi baik. Maka berjuanglah dengan cara-cara yang baik. Tetap bertindak baik. Memang jadi baik itu susah tapi bukan berarti tidak  bisa kan?  Tenang itu berani menjernihkan pikiran. Mau membersihkan hati dari luka dan benci. Tetap ikhlas dan sabar lalu siap melangkah lagi. Tenang!

Siapa pun butuh hujan untuk bisa menikmati pelangi. Itu artinya, semua yang indah itu harus melewati cobaan dan ujian. Seperti di taman bacaan, mengajak anak-anak membaca itu butuh proses. Bukan hanya berharap hasil. Maka apa pun tantangannya harus dihadapi dan dijalani dengan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun