Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah 3 Syarat Taman Bacaan Tetap Eksis di Era Digital

21 Mei 2022   06:09 Diperbarui: 21 Mei 2022   21:26 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Saat beberapa kawan bertanya, apa syarat taman bacaan tetap bisa eksis dan bertahan?

Maka sesuai pengalaman yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, syarat taman bacaan bertahan sangatlah sederhana. 

Yaitu 1) ada anak-anak yang membaca, 2) ada buku-buku yang dibaca, dan 3) ada komitmen dan konsistensi dari pengelola taman bacaan itu sendiri. Hanya itulah 3 syarat yang harus dipenuhi taman bacaan bila ingin tetap eksis dan bertahan.

Oleh karena itu, taman bacaan di mana pun, harus terus berjuang dan berkreasi untuk mampu memenuhi ketiga syarat itu: ada anak, ada buku, dan ada komitmen. 

Tanpa ketiganya atau salah satunya diabaikan, maka taman bacaan pun "pincang". Adanya anak-anak yang membaca, buku-buku bacaan, dan komitmen pengelola adalah anugerah yang luar biasa di taman bacaan. 

Bisa disebut sebagai "rezeki taman bacaan". Karena tiga hal itulah, korporasi jadi mau ber-CSR, komunitas mau berbakti sosial, dan donator buku jadi banyak. Sehingga taman bacaan jadi lebih bersemangat menjalankan aktivitas literasi dan membangun kegemaran membaca di tengah era digital begini.

Mau tidak mau, taman bacaan harus ikhtiar untuk mencapai ketiga syarat tersebut. Kreativitas dan terobosan pun harus dilakukan. Sebagai contoh, anak-anak yang membaca itu silih berganti, Karena sifatnya yang nonformal. 

Ada yang masuk dan ada yang keluar. Maka TBM Lentera Pustaka pun melakukan sosialisasi taman bacaan ke kampung-kampung lain yang jumlah anak-anak usia sekolahnya banyak. 

Alhamdulillah, akhirnya ada anak-anak baru yang mau membaca di taman bacaan. Begitu pula dalam hal koleksi buku, pasti ada donatur yang menyumbang buku bila tata kelola taman bacaannya optimal. 

Dan tata kelola taman bacaan yang baik itu sangat bergantung pada komitmen dan konsisten pengelola taman bacaannya. Begitulah kira-kira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun