Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maraknya Kekerasan di Sekolah, Jadikan Taman Bacaan sebagai Basis Pendidikan Karakter Anak

7 Februari 2022   19:32 Diperbarui: 7 Februari 2022   19:34 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Bersamaan dengan itu, berbagi program literasi yang dijalankan pun menekankan pada pembentukan karakter anak-anak. Mulai dari memberi salam, cium tangan, antre, nilai kearifan local dan membaca bersuara. Ada pula salam literasi, doa literasi, dan senam literasi. Taman bacaan yang mengembalikan peran karakter dalam pendidikan.

Maraknya kekerasan di sekolah, sudah sepatutnya dunia Pendidikan "kembali ke khitah" untuk memprioritaskan pendidikan karakter. Proses belajar yang mengharamkan: 1) adanya perilaku kekerasan dalam belajar, apapun bentuknya dan dari siapapun, 2) tumbuhnya paham radikalisme dan intoleransi sekecil apapun, dan 3) pelanggaran terhadap etika dan sopan santun dalam praktik kehidupan sehari-hari. 

Karena itu, sangat penting untuk pendidikan hari ini. Tidak boleh ada sama sekali pengaruh politik terhadap dunia pendidikan. Tidak boleh ada "permainan kotor" politik masuk ke sekolah atau kampus. 

Maka ke depan, pendidikan harusnya fokus pada pendidikan karakter. Membangun adab dan akhlak semua insan pendidikan. Bukan hanya guru dan siswa, tapi orang tua dan masyarakat. 

Pendidikan sebagai inkubator kebaikan, kebajikan dan kematangan moral. Untuk lebih berkepribadian dan berwatak dalam kehidupan. Pendidikan yang memberdayakan akhlak baik dalam kegiatan belajar. Bukan kekerasan atau caci maki atas kebencian atau ketidak-senangan.

Sungguh, pendidikan bukan proses membagikan kepusingan, apalagi menjelaskan kerumitan. Tapi Pendidikan adalah cara sederhana menebar kemudahan yang ber-akhlak. Maka kembalikan belajar ke pendidikan karakter. Agar tidak ada lagi guru atau siswa yang melakukan kekerasan. 


Terkadang, kasihan dunia pendidikan di negeri ini. Sudah terlalu banyak diskusi dan seminar tentang teori-teori untuk memajukan pendidikan. Tapi di saat yang sama, mereka sendiri yang mengabaikan arti penting pendidikan karakter. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun