Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KEPRA TBM Lentera Pustaka, Apa Ada Guru Mau Mengajar Tanpa Dibayar?

28 Desember 2021   21:03 Diperbarui: 28 Desember 2021   21:04 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kepra TBM Lentera Pustaka

Namanya KEPRA (KElas PRAsekolah), salah satu dari 12 program literasi yang dijalankan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat ini tercatat ada 26 anak usia dini (prasekolah) yang ikut serta. Seminggu 2 kali mereka belajar dibimbing relawan dan wali baca. Tentu, anak-anak Kepra ada di TBM bukan membaca buku. Tapi belajar ber-interaksi, mengenal huruf, nyanyi-nyanyi. Sekaligus melatih keberanian tampil ke depan walau hanya menulis huruf saja. Anak-anak yang ber-ekspresi dan bersuka cita di taman bacaan.  

Anak KEPRA TBM Lentera Pustaka, datang tiap Selasa dan Kamis, diantar orang tuanya. Ini jadi bukti. Bahwa belajar itu milik semua orang. Kapanpun dan di manapun. Menariknya, peran ini diambil taman bacaan. Bukan sekolahan. Agar kegiatan belajar dan TBM jadi lebih inklusif. Bukan eksklusif berdasar kelas ekonomi atau status sosial. Literasi untuk semua, begitu istilahnya.

Apa yang saya mau bilang dari realitas Kelas PRAsekolah TBM Lentera Pustaka ini?

Bahwa taman bacaan hadir. Untuk memfasilitasi apa yang dibutuhkan orang tua untuk anaknya. Apalagi masyarakat di kampung-kampung. Dengan segala keterbatasannya. Dan di TBM Lentera Pustaka, pada akhirnya proses belajar anak-anak pun bergulir secara sukarela, dengan sepenuh hati. Karena sejatinya, anak-anak harus diberi kesempatan untuk mencoba. Apa itu arti belajar sekalipun belum waktunya? Harus ada akses yang bisa didatangi anak-anak kampung.

Maka taman bacaan, memang harus dikelola sepenuh hati. Tidak bisa setengah hati apalagi terpaksa. Karena siapapun yang "terpaksa" berada di taman bacaan. Pasti, pada waktunya akan "tersingkir sendiri" oleh alam, oleh pikirannya sendiri. Bukan oleh taman bacaan.

Menariknya, semua program literasi di TBM Lentera Pustaka adalah gratis. Tidak ada biaya. Seragam pun diberikan dari sponsor korporasi. Orang-orang yang mengajar dan membimbing di taman bacaan pun tidak digaji. Sukarela atas nama kemanusiaan, kepedulian.  TBM itu memang bukan sekolah. Tapi semua program dijalankan dengan sepenuh hati. Atas komitmen dan konsistensi yang berlanjut. Siapapun yang mengajar, tanpa bayaran. Titik.

Untuk diketahui saja. TBM Lentera Pustaka saat didirikan tahun 2017 lalu hanya punya taman bacaan dengan 14 anak pembaca. Tapi kini di usia 5 tahun sudah menjalankan 12 program literasi yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3 kali seminggu, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan taman bacaan Lentera Pustaka setiap minggunya.

Beberapa prestasi pun ditorehkan TBM Lentera Pustaka, antara lain: 1) Diangkat dalam "People of the Year 2021" dari RTV pada Desember 2021, 2) Terpilih 1 dari 30 TBM di Indonesia yang menggelar program "Kampung Literasi Sukaluyu" yang diinisiasi Direktorat PMPK Kemdikbudristek RI dan Forum TBM, 3) Syarifudin Yunus sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka meraih penghargaan "31 Wonderful People tahun 2021" kategori pegiat literasi dan pendiri taman bacaan dari Guardian Indonesia (September 2021), 4) Didapuk sebagai "Ramadhan Heroes" dari Tonight Show NET TV (Mei 2021), %) Terpilih jadi sosok inspiratif dalam "Spiritual Journey" PT PLN, salah satu BUMN di Indonesia pada Oktober 2021 lalu.

Maka taman bacaan di mana pun, memang harus bekerja sepenuh hati. Berbuat untuk sesama, atas nama kemanusiaan. Selebihnya, biar Allah SWT yang menentukan. Karena zaman begini, tidak banyak orang yang mau bertindak secara sukarela. Tanya saja ke orang-orang sekolahan, apa mau mengajar dan mengurus anak-anak tanpa bayaran?

Akhirnya, taman bacaan memang harus eksis. Dengan segala tantangan dan kendalanya. Untuk anak-anak Indonesia, di mana pun. Karena hakikatnya, apapun bukan tentang apa yang ditinggalkan untuk anak-anak. Melainkan apa yang ditanamkan dalam diri anak-anak. Salam literasi #KelasPrasekolah #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun