Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Sadar Diri

26 Februari 2021   10:29 Diperbarui: 26 Februari 2021   10:32 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

SADAR itu kata yang gampang diucapkan, Tapi tidak mudah dilakukan.

Sudah tahu korupsi salah, kok baru sadar setelah dipenjara. Sudah tahu menyebar hoaks itu salah, kok baru sadar sudah ditahan. Sudah tahu virus Covid-19 itu mematikan, kok baru sadar protokol kesehatan itu penting. Sadar itu di depan, bukan di belakang.

Fakta hari ini. Banyak orang sadar membaca buku itu penting. Tapi sedikit yang mau membaca buku. Banyak orang sadar berbuat baik itu bagus. Tapi sedikit yang mau berperilaku baik. Bahkan banyak orang sadar membenci itu dilarang. Tapi tidak sedikit yang hidupnya dalam kebencian. Sadar tapi tidak sadar.

Sadar. Kita harus sekolah dan belajar dulu untuk meraih cita-cita. Kita juga harus bekerja keras untuk mencapai apa yang diinginkan. Sadar, berkiprah di taman bacaan atau jadi pegiat literasi itu penuh tantangan dan cobaan. 

Sekalipun bersifat sosial, mengelola taman bacaan pun butuh perjuangan keras. Agar tetap sadar untuk berjuang. Agar tetap tegak tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

Sadar itu berarti tahu diri, lalu mengerti. Untuk memperbaiki diri, memperbaiki keadaan. Dari yang belum baik menjadi lebih baik. Maka sadar butuh kesadaran dari orangnya. Tetap mawas diri atau aware terhadap keadaan. Sadar untuk bersahabat dengan realitas, bukan melulu mengeluh atau hidup dalam buaian mimpi.

Seperti hari ini. Banyak orang tidak sadar. Bahwa dunia yang mereka tinggali saat ini sangat menyenangkan. Tapi karena mereka sibuk dengan rutinitas. Akhirnya merasa hidupnya datar dan biasa-biasa saja. Jadi tidak punya waktu untuk menyadari. Bahwa dunia ini punya nilai dan makna yang lebih dari sekadar yang mereka pikirkan. Sadar bersyukur itu jauh lebih penting dari pikiran dan perasaan orangnya.

Seperti pengelola taman bacaan. Harus sadar.

Bahwa selalu saja ada "kerikil" di jalan pengabdian yang harus dilalui. Kadang menyakitkan di kaki walau tidak jadi sebab untuk berhenti melangkah. 

Selalu saja ada "angin yang menerpa" sehingga menghambat gerak langkah untuk lebih cepat. Selalu saja ada hambatan dan tantangan. Karena memang hidup di taman bacaan, bukan jalan dan panggung popularitas. Sadar, taman bacaan itu jalan sepi yang tidak banyak dilewati orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun