Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Omnibus Law, Belum Bisa Membangun Sudah Praktik Merusak

12 Oktober 2020   12:47 Diperbarui: 12 Oktober 2020   13:20 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Omnibus Law Omnibus Law. Tidak habis pikir sama sekali. UU-nya belum dibaca, sudah marah -- demo lalu merusak. 25 halte busway dibakar, Pemda DKI Jakarta terpaksa keluarkan "kocek" 65 milyar untuk memperbaikinya. Menyalurkan aspirasi tapi anarkis dan merusak. Kenapa bisa begitu ya?

Hari ini PSBB di DKI Jakarta dilonggarkan. Kasihan saudara-saudara kita pengguna busway. Di mana lagi dia harus menunggu? Haltenya sudah dibakar habis. Belum lagi pos polisi yang dihanguskan, plang dirusak, barier pembatas jalan, pot bunga, hingga lampu lalu lintas yang dirobohkan.

Belum belajar membangun. Tapi sudah praktik merusak.

Sulit dimengerti. Bereaksi cepat tanpa tahu masalahnya apa? Aspirasi ingin diterima tapi harus membakar dan merusak. Apa itu solusi? Kotanya sendiri, fasilitasnya sendiri tapi dirusak. Itu apa namanya?

Belum membangun, sudah merusak.

Tiba-tiba gagap dan alpa. Karena harus merusak, apa tidak ada cara lain? Orang yang membangun itu tidak mungkin merusaknya. Karena dia tahu susahnya membangun, sulitnya berproses untuk mencapai keadan seperti sekarang. Bila ada yang kurang, bila ada yang tidak pas itu sudah pasti. 

Maka salurkan aspirasi dengan baik dan benar. Biar efektif tanpa perlu merusak. Saya jadi malu. Bila saya belum bisa membangun, kenapa saya harus merusak apa yang dibangun orang lain?

Saya ini pegiat literasi. Sejak 3 tahun lalu saya bangun taman bacaan di Kaki Gunung Salak Bogor. Anak-anak yang terancam putus sekolah akibat miskin. Kini sudah rajin baca buku dan berharap tidak ada yang putus sekolah. Begitu pula ibu-ibu buta huruf tiap hari Minggu saya ajar. 

Agar bisa baca dan tulis. Sehingga orang tua bisa lebih bermartabat di mata anaknya. Begitu pula anak-anak yatim yang dibina. agar tetap bisa sekolah terus. Bila itu sudah saya bangun susah-susah. Apa mau saya sudi merusaknya? Atau aa ada orang lain yang ingin merusaknya? Silakan jawab sendiri saja dengan hati nurani...

Kawan saya bilang. Itu terjadi gara-gara ada yang provokasi. Itu terjadi karena termakan hoaks. Katanya ditunggangi. Lalu menuding, karena wakil rakyatnya goblok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun