Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Beruntung, Bila Anda Tidak Suka Menonton Televisi

25 Maret 2020   09:55 Diperbarui: 26 Maret 2020   14:50 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Media Indonesia - Opini 26 Agustus 1995

Di musim wabah virus corona begini, banyak orang menghabiskan waktu di rumah untuk menonton televisi (tv). Apalagi disuruh #DiRumahAja. Setelah makan, minum, main gawai, hidup makin paripurna bila gemar menonton tv, begitu kata banyak orang.

Sementara banyak orang merasa iri terhadap orang lain yang hanya menonton tv. Saya justru berbalik katakan, "beruntung, bila Anda tidak suka menonton tv".

Menonton tv, memang jadi kegiatan favorit di rumah-rumah. Dari anak-anak sampai orang dewasa. Alasannya, untuk mengisi waktu dan buat hiburan. 

Alhasil, studi Nielsen (2018) menyebut orang Indonesia mampu habiskan waktu menonton tv rata-rata 5 jam setiap harinya. Sementara berselancar di dunia maya rata-rata 3 jam 14 menit per hari, disusul mendengarkan radio 2 jam 11 menit. Sedangkan membaca koran hanya 31 menit dan membaca majalah hanya 24 menit. Pantas tradisi membaca kian jeblok.

Maka beruntung, bila Anda tidak suka menonton tv, seperti saya pun demikian. Mengapa?

Sebab terlalu banyak menonton tv, secara tidak sadar, dapat mengganggu kesehatan mental. Terjebak pada aktivitas gaya hidup yang tidak sehat. Tidak bisa dibantah, menonton tv pun membuang waktu secara sia sia; sama sekali tidak produktif.

Menonton TV jelas berbahaya. Hasil studi menyebutkan, dampak menonton TV dua jam sehari saja dapat membuat orang merasa gelisah. Apalagi naka-anak. Risiko depresinya sangat besar dan gangguan ansietas. Keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya. Selalu khawatir, cemas, tidak menentu atau takut. Coba tanya deh ke mereka yang suka menonton TV.

Pada kolom opini tulisan saya, di Harian Media Indonesia 26 Agustus 1995 -- 25 tahun lalu, saya menyebutkan kebanyakan menonton TV bisa menimbulkan "Krisis Spiritual". Setidaknya, ada 4 (empat) krisis spiritual yang dialami orang yang gemar menonton TV yaitu:

1. Krisis informasi akibat melimpahnya informasi yang diterima tanpa ada eksekusi. Maka spritualnya galau gelisah, Makin banyak informasi yang direpoleh, makin bingung makin khawatir.

2. Krisis imajinasi sosial akibat banyaknya mencerna bahasa hiperbola dan pleonasme. Sehingga gagal aktualisasi diri secara sosial. Hidupnya dalam fantasi tanpa aksi sosial apapun.

3. Krisis budaya akibat ajaran gaya hidup dan perilaku yang menyimpang. Jadi lebih gemar sensasi daripada esensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun