Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikmah di Balik Bencana Virus Corona

19 Maret 2020   12:57 Diperbarui: 19 Maret 2020   13:00 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus corona mewabah. Covid-19 begitu menakutkan. Dunia kocar-kacir. Indonesia pub jadikan virus corona sebagai bencana nasional Banyak orang takut, stress, bahkan frustasi. Disuiruh waspada malah menebarkan ketakutan. Disuruh social distancing malah bergembol. Sungguh, virus corona mengerikan. Virus yang datangnya tiba-tiba, tidak terduga. Bahkan sulit dideteksi kapan tertular dan siapa yang menularkan? Virus yang membuat dunia ketakutan.

Saya hanya merenung sambal berpikir. Betapa hebatnya wabah virus corona. Mencengankan dunia, menghebohkan semua orang. Hingga bikin stress, takut, khawatir suatu negeri. 

Sementara kemarin-kemarin, berapa banyak orang lupa. Seolah-olah ia menjadi penguasa dunia. Bahkan pikiran dan perilakunya, hampir tidak ada yang ditakuti lagi. Orang-orang gagal mengendalikan ego dan memenangkan hawa nafsu. Manusia yang merasa digjaya dalam hidupnya. Karena punya harta, punya pangkat, punya jabatan dan merasa status sosialnya tingi. Mereka lupa diri, alpa dalam hidupnya. Manusia yang terlalu cinta dunia. Dan terlalu mudah berpikir buruk. Senang menyalahkan orang lain. Gemar membenci. Hingga hidupnya penuh prasangka. Manusia yang tidak lagi jernih hatinya, tidak bersih hati pikirannya. Sekalipun wajah dan tubuhnya, sangat bersih tampaknya.

Wabah virus corona. Pasti memberikan hikmah. 

Virus corona bukan hanya mengingatkan. Tapi menegaskan. Bahwa manusia itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa di dunia ini. Manusia tidak lain hanya makhluk kecil seperti semut bahkan virus corona juga di mata-Nya. Ini bukan soal takut atau tidak takut. Bukan pula soa stress atau tidak stress. Tapi soal hikmah, siapa yang mampu mengambil hikmah dari wabah virus corona. Manusia yang berpikir, atas apa yang telah diperbuat sebelumnya. Dan mau bagaimana si manusia ke depannya? 

"Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar merepa berpikir." (QS. Al-A'raf: 176).

Ada hikmah yang luar biasa di balik virus corona. Bahwa akhirnya hidup manusia itu hanya sebentar. Dan tidak perlu lagi ada kesombongan, keangkuhan bahkan iri dan dendam. Karena akhirnya, harta yang paling berharga bagi manusia, siapapun, adalah tiga saja. Yaitu 1) ilmu yang bermanfaat, 2) amal jariyah, dan 3) keturunan yang soleh/solehah. Sementara yang lain-lain; kekayaan, pangkat jabatan, dan obrolan sesama teman pun hanya aksesori semata. Hanya bonus dari Allah SWT. Bila aksesorinya dipakai baik maka jadi pahala. Bila aksesorinya dipakai buruk maka jadi dosa. Sangat sederhana.

Hidup ini memang begitu. Ada orang yang diuji terus menerus selama hidupnya. Ada pula yang diujia dengan virus corona, Ada punya dengan sakit. Bahkan ada ujian dengan kekakayaan, kecerdasan dan atas nama pertemanan. Tapi sayang, tidak banyak orang yang bisa "lulus" dari ujian-ujian itu semua. Karena apa? Karena gagal mengambil hikmahnya. Ibarat orang yang doyan ngomongin keburukan orang lain. Tapi tidak mau berhenti, maka itulah orang yang gagal mengambil hikmah dalam hidup.

Jadi, apa hikmah di balik virus corona.

Sangat sederhana. Kerjakan saja yang disenangi Allah SWT. Maka Allah SWT akan senangi dan lindungi kita. Karena kebaikan, adalah sesuatu yang dikerjakan bukan dibicarakan.... Tabikk #BudayaLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun