Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panggil Aku Daeng, Lelaki Bugis dari Desa Limapoccoe Cenrana Maros

29 Desember 2019   07:54 Diperbarui: 29 Desember 2019   08:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila kita menonton film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" yang disadur dari cerita novel Buya Hamka, ada tokok laki-laki bernama Zainuddin. Sosok lelaki bugis yang digambarkan setia dan pekerja keras.

Namun karena perbedaan latar belakang sosial dan suku dengan Hayati si perempuan Minang. Maka cintanya pun terhalang. Hingga berakhir dengan kematian. Bolehlah, Zainudin itu disebut sebagai representasi cowok Bugis kebanyakan. Daeng Zainudin, panggilannya.

Saya juga sering dipanggil kawan dengan sebutan Daeng Syarif. Seperti cowok Bugis lainnya; Pak JK, Abraham Samad, atau alm. Jendral M. Yusuf pun bisa dipanggil Daeng. Ada pula Daeng Aziz, yang terkenal saat penggusuran Kalijodo.

Panggil aku Daeng. Sapaan Daeng itu hanya sapaan akrab buat cowok Bugis. Bisa pula panggilan hormat pada orang lebih tua. Karena Daeng berarti kakanda.

Di masyarakat Bugis, sapaan Daeng pun sebagai pengharapan pada seseorang yang menggunakan 'Paddaengang', seperti Daeng Tonji yang berarti tinggi, Daeng Rewa yang berarti berani atau Daeng Gassing yang berarti gesit.

Panggilan Daeng atau bukan, soalnya bukan terletak pada orangnya. Tapi soal karakter yang menyertainya. Nah, umumnya cowok Bugis memang memegang teguh prinsip siri' na pacce.

Sebuah nilai keraifan lokal atau tradisi yang membuat sikap dan perilakunya selalu konsisten, menjunjung tinggi harga diri, dan pantang menyerah.

Konon katanya, seperti kisah Hayati di film Tenggelamnya Kapal Van Der Eijk. Kenapa banyak cewek ingin punya pasangan cowok Bugis? Mungkin, setelah melakukan pengamatan pada banyak cowok di Dusun Bengo Desa Limapoccoe Kec. Centang Kab. Maros saat pulang kampung, ada beberapa alasan karakter "para daeng" atau cowok Bugis yang patut diperhitungkan, seperti:

1. Konsisten dan berani, cowok Bugis dikenal watani na magetteng; yang berarti berani dan konsisten. Karena zaman now, makin langka cowok yang konsisten dan berani untuk mengambil risiko.

2. Rela mati demi harga diri, cowok Bugis selalu siap mempertahankan martabat harga diri untuk pribadi dan keluarganya. Maka ketika cowok Bugis dipermalukan, dihina, atau diperlakukan di luar batas kemanusiaan, maka mereka siap melawan meskipun mati adalah ganjarannya.

3. Pekerja keras, cowok Bugis memang dikenal ulet dan pekerja keras, apalagi yang diperantauan. Cowok Bugis "malu" malu bila merantau dan tidak sukses. Semangat itulah yang memicu untuk bekerja keras.

4. Setia, cowok Bugis cenderung setia. Karena saat menikah, cowok Bugis harus siapkan uang panaik, dalam jumlah cukup besar. Maka banyak cowok Bugis bekerja keras untuk bisa menabung dan mengumpulkan uang panaik. Perjuangan itulah yang membuatnya semangat setia dalam mempertahankan rumah tangganya.

5. Mengutamakan kebersamaan, cowok Bugis selalu setia kawan dan gemar berbagi. Cowok Bugis rela berkorban untuk sahabatnya, bahkan berani berkorban sebagai cerminan prinsip sipakatau yang mereka pegang.

6. Pintar dan jujur, cowok Bugis memegang teguh filosofi macca na malempu'; yang berarti pintar dan jujur. Bahwa pintar harus menyatu dengan jujur, seperti yang dianut pedagang bugis di tanah rantau.

Gambaran cowok Bugis seperti di atas, tentu saya lihat langsung pada diri ayah saya, Ambo Lotang Yunus, cowok 74 tahun kelahiran Dusun Bengo Desa Limapoccoe Kec. Cenrana Kab. Maros. Anak dari Daeng Koto dan nenek Cugi. Tradisi lokal di Desa Limapoccoe inilah yang membentuk cowok Bugis patut jadi teladan, walau tidak semuanya begitu.

Jadi, cowok itu bukan dilihat dari sixpack atau atletisnya. Apalagi karena gantengnya semata atau hartanya doang. Tapi cowok pun harus dilihat dari karakternya, seperti cowok Bugis atau tidak?

Tapi buat cewek, jangan hanya karena pernah disakiti cowok lalu memandang buruk semua cowok di manapun. Karena ketahuilah, mencari cowok Bugis itu kadang seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami... #DesaLimapoccoe #Maros #CowokBugis

dokpri
dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun